05/04/2016
Gong Renteng Cirebon
Gong renteng Cirebon (bahasa Indonesia : gamelan
Renteng Cirebon) merupakan satu set alat musik yang
terdiri atas bonang dan lainnya yang dipergunakan
untuk kepentingan dakwah Islam di Cirebon.
Sejarah
Gong renteng Cirebon berkaitan erat dengan kisah Ki
Gede Gamel yaitu Ki Windu Aji yang diminta
kesediaannya oleh Mataram untuk merawat kuda-kuda
milik Mataram, setelah selesai menjalankan tugasnya,
Mataram memberikan upah dan seperangkat gamelan
yang oleh Ki Windu Aji dibawa ke Cirebon[1], di
Cirebon gong renteng juga dikenal dengan nama gong
Dawa (bahasa Indonesia : gamelan Dakwah) karena
fungsinya untuk syiar agama Islam. Masyarakat adat
Cirebon mempercayai kisah dibawanya gong Renteng
(bahasa Indonesia : gamelan Renteng) ke Cirebon dari
wilayah Mataram terjadi pada masa sunan Gunung Jati
masih memerintah sebagai Sultan di kesultanan
Cirebon[2]
Gong Renteng dan syiar Islam
Pada permulaannya, seperangkat gong Renteng (bahasa
Indonesia : gamelan Renteng) yang dipersembahkan
oleh Ki Windu Aji kepada Sunan Gunung Jati
dipergunakan sebagai media dakwah pada saat
penyebaran agama Islam
Gong Renteng dan adat Kesultanan
Gong renteng selain digunakan sebagai media dakwah
Islam, pada perkembangannya menurut Ki Kartani
digunakan p**a sebagai media kesenian untuk
menyambut tamu-tamu kehormatan yang datang ke
kesultanan Cirebon
Gong Renteng dan kesenian Islami
Pada perkembangan selanjutnya, gong Renteng Cirebon
tidak hanya dipentaskan sebagai kesenian yang mandiri
baik untuk tujuan dakwah Islam maupun sebagai
kesenian penyambutan tamu kehormatan di kesultanan
Cirebon, namun telah menyatu menjadi pelengkap
kesenian-kesenian yang bernafaskan Islam lainnya di
masyarakat, seperti menjadi pengiring pada pagelaran
Jaran Lumping Cirebon (bahasa Indonesia : kuda
Lumping Cirebon), di Cirebon pagelaran Jaran Lumping
tidak mementaskan atraksi seperti makan beling,
makan rumput serta atraksi-atraksi lainnya yang biasa
dibawakan pada pagelaran kuda Lumping dari wilayah
diluar Cirebon semisal Jawa, pada pagelaran Jaran
Lumping Cirebon yang dipentaskan hanyalah tarian
saja, karena tujuan dari pagelaran Jaran Lumping
Cirebon ini adalah syiar Islam, maka Jaran Lumping
Cirebon dikenal juga dengan nama Jaran Berahi dari
kosakata bahasa Cirebon berahi (bahasa Indonesia :
asmara cinta) maksudnya adalah pagelaran Jaran
Lumping ini bertujuan untuk menuntun masyarakat
agar mencintai Allah swt dan rasulnya.[3]
Laras pelog
Berikut penyebutan nama t**i nada laras pelog dalam
bahasa Cirebon[4]
RMAK
5 / 1a
4 / ti
3 / na
3 -- / ni
2 / mi
1 / da
5+ / 1eu
Cirebon
Panjang
Sapuluh
Sanga
Bungur
Miring
Laras
Blong
Indramayu
Blong
Sepuluh
Sanga
Bungur
Miring
Susul
Barang
Bandung
Singgul
Galimber
Panelu
Bungur
Loloran / Kenong
Barang
Sorog
Sumedang
Panutup
Pangulu
Panelu
Bungur
Mamanis
Tugu
Sorogan
Tasikmalaya
Kuwing
Bem
Loloran
Bungur
Panelu
Laras
Sorog
Goong Renteng
Kencang
Panglima
Pangrawit
Bungur
Miring
Panotog
Sorog
Referensi
1. ^ | Uyung. 2015. Membunyikan Kembali Gong
Renteng di Cirebon.
Cirebon : Cirebon Trust
2. ^ | 2015. Gamelan Renteng Ki Muntili. Cirebon :
Go To Cirebon
3. ^ | Waryo. 2015. Gamelan Renteng. Cirebon :
Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan
Pariwisata Kota Cirebon
4. ^ Soepandi, Atik. 1998. Kamus istilah karawitan
Sunda. Bandung : Pustaka Buana
Terakhir diubah pada 22 Februari 2016, pukul 04.43
Wikipedia® Tampilan HP Tampilan PC
Konten tersedia di bawah CC BY-SA 3.0 kecuali
dinyatakan lain.