Inner Child

Inner Child Platform gerakan kesadaran, inner child : pertumbuhan diri dan menemukan jati diri yang hakiki.

Dear diriku, terima kasih sudah sampai sejauh ini menjalani hari-hari menjadi seorang ibu. Menjalani hari sebagai ibu ya...
22/12/2023

Dear diriku, terima kasih sudah sampai sejauh ini menjalani hari-hari menjadi seorang ibu. Menjalani hari sebagai ibu yang 'perempuan sejati' itu ternyata tak selemah dan sesulit yang selama ini aku bayangkan. Cukup dengan mengalirkan semua, membuat semua terasa lega, tanpa menghambat apapun, memahami diri, bahkan berwelas asih pada diri sendiri, justru sungguh membantu. Dengan belajar dan terus belajar juga, ternyata semakin mengenali diri sebagai seorang ibu, semakin mensyukuri dan menikmati setiap waktu. I love my self, I love on this state, this is new me, and I always proud being myself as a mom, as a woman. Selamat hari ibu ❤️

Pernah enggak sih kalian marah enggak jelas? Padahal, marah itu aslinya punya pesan yang jelas. Berfungsi ketika batasan...
28/10/2023

Pernah enggak sih kalian marah enggak jelas? Padahal, marah itu aslinya punya pesan yang jelas. Berfungsi ketika batasan dilanggar dan marahnya riil time, bukan marah karena hal-hal di masa lalu. Jika ada yang marah tidak pada 2 kondisi itu, bisa jadi memang fungsinya tidak berjalan sebagaimana mestinya. Misalnya, marah karena kejadian sekian belas atau puluh tahun lalu. Artinya, di tahun ke sekian belas dan puluh itu, rasa marahnya tidak tertegakkan dengan baik, tidak direlease. Biasanya marah yang tidak seimbang dan tidak selesai, ditandai pada 2 kutub yang ekstrim merusak, yaitu marahnya merusak sekitar (melukai di luar diri) atau marahnya dipendam (merusak hati, diri sendiri).

"Tidak ada yang bisa menyakiti diri kita selain diri sendiri."Nasihat itu jika kita dalami lagi, ternyata benar adanya. ...
28/07/2023

"Tidak ada yang bisa menyakiti diri kita selain diri sendiri."
Nasihat itu jika kita dalami lagi, ternyata benar adanya. Tak ada satupun yang bisa menyakiti diri kalau tidak kita beri izin dari dalam hati. Memang, kadang ada trigger tertentu yang membuat terasa nyeri. Tapi, hal itu ternyata merupakan sebuah cara kebijaksanaan diri untuk reconnecting agar kita bisa merelease serta mengambil hikmah darinya. (Notes : kalau kita mau).

Trauma fundamentally means a disconnection from self. Why do we get disconnected? Because it's too painful to be ourselv...
27/07/2023

Trauma fundamentally means a disconnection from self. Why do we get disconnected? Because it's too painful to be ourselves. That then becomes a lifelong dynamic. I no longer know how to deal with emotions. It means that in relationships when I feel a bit hurt, I mmediately withdraw, so I don't have to feel those emotions that I don't know what to do with. So there's a disconnect. It also means that when I have a gut feelings, I don't follow them. So I create situations of risk for myself.

Ada hari-hari di masa kecil, ingin berteriak meminta pertolongan, ingin diberi pelukan rasa sayang tapi semua itu hanya ...
22/07/2023

Ada hari-hari di masa kecil, ingin berteriak meminta pertolongan, ingin diberi pelukan rasa sayang tapi semua itu hanya angan kosong yang tak tersampaikan. Saat usia sudah besar, ada masa hati ini tetiba ingin menangis tanpa sadar. Ada rasa yang hendak ingin didengar dan meminta haknya untuk dirasakan. Rasa itu adalah hutang yang dulu tak terbayarkan. Just feels your feelings, dear my child.

Ya, dulu aku mengira kalau perasaan yang terpendam dan tak dikelola akan hilang begitu saja. Faktanya mereka kadang muncul 'meminga haknya'. Merasakan apa yang dulu terlewat untuk dirasakan.

Guruku bilang, "hak dari sebuah perasaan adalah dirasakan, hanya dirasakan. Kemudian kamu menerima itu dan mampu mengambil pelajaran dari sana."

Ya, mereka tidak random. Mereka muncul di hari-hari yang aku sendiri tak memahami kenapa tetiba hadir. Mungkin itu cara Allah mendidik jiwa ini, agar bangkit kesadaran bahwa perasaan itu berharga.

Memaafkan ini bukan hal sembarangan. Hari ini aku belajar mengapa Allah menyuruh kita untuk mampu memaafkan semua setulu...
21/04/2023

Memaafkan ini bukan hal sembarangan.

Hari ini aku belajar mengapa Allah menyuruh kita untuk mampu memaafkan semua setulus hati. Karena soal pemaafan ini bukan sekadar 'melegakan' diri tapi juga ada satu hal yang lebih esensi. Yaitu, rezeki.

Rezeki bukan sekadar materi, tapi lebih dari itu : ketenangan, keberkahan, kesehatan, semua itu rezeki yang tak mampu dinominalkan.

Pada hari ini, aku paham mengapa hati bisa sakit. Sebabnya karena banyak faktor yang tanpa disadari telah dibangun setinggi benteng. Berupa ego, dosa, kemaksiatan, kesalahan serta hal yang memang seharusnya dari sana sengaja ada sebagai alat yang Allah berikan untuk kita bertumbuh dan mengasah kedewasaan.

Dewasa, tak sama dengan usia besar. Begitu banyak orang usia sudah banyak tapi kedewasaan masih jalan di tempat.

Rasa sakit, rasa tak mengenakkan biasanya menjadi beban untuk melangkah dan berbuat sesuatu hal yang besar jika tanpa direlease dengan Pemaafan.

Di hari ini, aku tetapkan diri dan jiwa ini untuk memaafkan siapapun yang pernah menyakiti. Walau tanpa satu per satu aku kunjungi, yakinlah ini adalah pekerjaan hati. Karena mengucapkan maaf di bibir tak akan sama dengan maaf dari jiwa yang dialiri energi. Maaf, aku tak akan mengumbar kata maaf hanya untuk terlihat memberi maaf.

Buat kalian yang membaca ini, yang mungkin pernah merasa aku sakiti, aku tak akan mengemis maaf pada makhluk karena maaf, hadirnya dari Allah yang Maha Pemberi Maaf.

Dan buat kalian, yang mungkin pernah ada di hatiku, yang menghambat aku berkarya, yang membuat aku sakit luar biasa, sampai bingung harus berbuat apa, tak mau ketemu orang, maunya sendirian, tenang, aku InsyaaAllah sudah memaafkan itu semua. Karena kalianlah, alat yang Allah kirimkan untuk mengasah segala kedewasaan dan pemikiran yang memang dari sana aku bertumbuh sebagai manusia.

Topik pekan ini, 'Pemaafan, Memulihkan'.Gimana caranya?Stay tune di podcast
10/04/2023

Topik pekan ini, 'Pemaafan, Memulihkan'.

Gimana caranya?
Stay tune di podcast

08/04/2023

Trauma is the invisible force that shapes our lives. It shapes the way we live, the way we love and the way we make sens...
31/03/2023

Trauma is the invisible force that shapes our lives. It shapes the way we live, the way we love and the way we make sense of the world. It is at the root of our deepest wounds. Unaddressed trauma keeps perpetuating painful patterns in our lives.

— Gabor Maté

Hi, pernah kepikiran nggak?Mengapa kita bisa lebih aware sama emosi kita hari ini? Tapi, kita masih simpan berbagai trau...
09/02/2023

Hi, pernah kepikiran nggak?
Mengapa kita bisa lebih aware sama emosi kita hari ini? Tapi, kita masih simpan berbagai trauma terkait pola asuh sekitar dan luka yang mungkin disebabkan oleh ortu?

Salah satu sebabnya, karena healing is journey. Enggak ada cerita hari ini sadar teori, langsung bisa dieksekusi tuntaskan semua karat dan luka di hati. Semua ini perjalanan, dan setiap perjalanan membutuhkan proses panjang, butuh waktu untuk bisa mengantarkan diri ke tujuan.

Di zaman yang serba canggih gini aja, kita yang bisa belajar banyak hal dengan mudah, tapi buat bisa kelola diri sendiri, mengenali diri sendiri, at least kebutuhan jiwa, masih perlu perjuangan. Lantas .. kebayang nggak? Bagaimana dengan ortu kita zaman dulu?

Jadi, misal hari ini kita mampu merasakan kesadaran bahwa jiwa ini perlu dirawat supaya generasi selanjutnya lebih baik, terutama untuk anak-anak dan keluarga ke depan. Maka, tentu akan begitu ringan jika kesadaran itu membawa diri kita untuk bisa memaklumi apa yang ortu kita lakukan dulu yang mereka 'tak sadari', yang mungkin melukai kita.

Seandainya kita ada di posisi ortu kita dulu, apakah benar, kita bisa mengambil pelajaran begitu penting di masa dewasa kini yang sedalam ini?

Suara Inner Child mungkin akan mengetuk untuk minta dipeluk, maka peluklah diri kecil itu. Beri penjelasan bahwa dirinya begitu berarti dan kini mewujud kedalam jiwa dewasa yang penuh empati, penuh kebijaksanaan hati.

Ya, itu, kamu.

Hai, Icil waktu masih kecil sempat menangis dalam keheningan. Jiwa Icil udah didoktrin kalau Icil kuattt walau tanpa aya...
16/09/2022

Hai, Icil waktu masih kecil sempat menangis dalam keheningan. Jiwa Icil udah didoktrin kalau Icil kuattt walau tanpa ayah tanpa ibu di sampingnya. Alhasil, Icil sangat kesulitan mengurai emosinya. Tak paham makna antara benci, cinta, sayang, rindu, dendam. Semua tercampur aduk bak playdough yang menghitam.

Bagi seorang anak perempuan, sentuhan lembut ayah, ibu adalah terapi dirinya. Kebutuhan jiwanya. Tapi Icil tak mendapat itu semua. Icil hanya berpikir, masih ada Tuhan yang Maha Besar di alam semesta. Hanya ada Allah, Tuhan yang satu, Esa, yang tak akan membiarkan Icil kecewa.

Icil pun terus berdoa untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Namun Icil masih punya semangat dan rasa sayang pada kedua ortunya, walau itu tak ia tampakkan. Ekspresi sayangnya tampak nyata hanya pada orang yang merawat dirinya, sang Nenek tercinta.

Singkat cerita, Icil sudah menyelesaikan pendidikan dengan baik, mulai menikah dan kini menjadi Orangtua. Icil terus belajar, memahami jiwa, hati, otak. Bagaimana seorang ortu itu bisa sesayang itu pada anaknya? Itulah fitrahnya.

Maka, Icil mulai menyadari. Ya, mungkin dulu ayah dan ibu tak mau menyentuh, Tak hadir, disebabkan permasalahan mereka sendiri. Mereka salah mengambil keputusan, menetapkan prioritas sebab ilmunya kurang. Ada sikap yang menyakiti, karena tak tau resikonya. Maka, Icil pun semakin giat belajar. Menjadi orang tua terutama, memang tak mudah. Tapi Icil yakin, ada Allah yang Maha Pemberi dan Maha Meluaskan Rasa Sayang Nya.

Kini, Icil semakin bersyukur. Bahwa memaklumi posisi ortu yang tak paham ilmu di masanya, semakin menenangkan jiwa raganya untuk merasa.

Merasakan betapa luka itu sebenarnya hanya pembelajaran yang nyata.

Nyata bermanfaat di kehidupan selanjutnya.

Kini, Icil dewasa tersenyum. Lega.

Hi, Icil mau cerita.Beberapa tahun ke belakang aku belajar banyak hal. Tentang pemanfaan. Ya, bagaimana diri ini mampu m...
11/09/2022

Hi, Icil mau cerita.

Beberapa tahun ke belakang aku belajar banyak hal. Tentang pemanfaan. Ya, bagaimana diri ini mampu memaafkan kesalahan diri serta orang lain adalah karunia yang luar biasa.

Aku pernah, merasakan ada seseorang yang tanpa sadar meremehkan aku. Dibilangnya bahwa aku ini benar salah satu pendiri suatu organisasi tapi aku bukan orang yang meramu materi. Sebenarnya cukup aneh, karena awalnya aku justru yang menginisiasi walau akhirnya berubah nama. Tapi itulah salah satu bentuk ego diri kecilku. Merasa tak dihargai.

Sejak kecil, setinggi apapun prestasiku memang jarang dipuji. Aku sadar, ortuku keduanya tak hadir (cerai dst.) Dan kedua kakek nenekku juga sudah sibuk sekali bekerja dan lelah jiwa raganya. Tak ada waktu untuk mengapresiasi diri kecil yang sendiri ini. Aku sadari itu, aku peluk Icil.

Namun, tahukah kalian? Bahwa berharap orang lain menghargai diri kita itu, SUNGGUH amat melelahkan? Lalu gimana caraku untuk lepas dari rasa itu?

Aku kembali pada diri kecilku dimana aku pernah berdialog dengan ruh. Aku bertanya, dulu aku dimana dan kenapa ada? Lalu, terjawablah dengan Al-Qur'an, Allah berikan gambaran jelas tentang bagaimana aku diciptakan. Ya, aku diciptakan sebagai manusia atas tujuan dariNya. Jadi, bukan kehendak diriku, ortuku, siapapun yang menghadirkan aku disini, kini.

Maka, aku luaskan hatiku. Aku minta pada Tuhanku, lapangkan dadaku. Maka, pemaafan demi pemaafan itu pun mulai merebak, lukaku meluruh.

Jadi, memang tak ada rasa yang paling indah, kawan. Selain memaafkan kesalahan. Toh, diri kita juga pernah melakukan.

Akhirnya, aku beranikan diri untuk menelepon duluan orang yang mengesalkan hatiku. Walau akhirnya dia berbuat salah lagi, aku kembali, memaafkan dia. Walau kini aku tak lagi menghubungi dirinya. Karena aku tau, aku pernah setidaknya menjadi guru baginya. Bukankah jika seorang guru berucap, murid mendengar. Dan seorang guru berdoa, maka itu akan dikabulkan? Maka, daripada aku mendoakan yang tidak-tidak, jalan yang aku tempuh adalah memaafkan.

Beratkah?

Tidak terasa berat, ketika dada ini kita luaskan.

❤️❤️

وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ. wa idza maridhtu fahuwa yasyfin. (Q.S Asy Syuara : 80)“Dan apabila aku sakit, Dialah ...
09/09/2022

وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ
. wa idza maridhtu fahuwa yasyfin. (Q.S Asy Syuara : 80)

“Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku.."

_________

Hari-hari ini aku banyak belajar. Segala jenis Inner Child itu bisa sembuh bukan sebab diri sendiri, ilmu, orang lain atau kehebatan konsep/teori penyembuhan. Melainkan murni Allah yang menyembuhkan.

Betapa banyak orang mengeluarkan segala materi, uang, waktu, energi. Ternyata kesembuhan itu hadir di kala sudah berpasrah, ikhlas. Lalu, apa gunanya ikhtiar? Apa gunanya berusaha?

Usaha itu kita lakukan sebagai bentuk kesabaran dalam menghadapi ujian. Misal, sebagai seorang ibu yang temperamental, inginnya lemah lembut ke anak tapi malah sebaliknya. Ternyata ada luka batin disana. Tentu perlu disembuhkan, didamaikan, ikhlaskan supaya tak jadi ganjalan. Maka, ikhtiar itu wajib. Namun, selebihnya adalah tawakal.

Aku masih ingat, guruku pernah bilang kalau seseorang itu akan terus diuji di titik terlemahnya hingga ia bisa keluar dari sana. Nah, misal titik lemahnya adalah emosi, maka ia akan diuji disitu sampai ia mampu mengendalikan dirinya serta menata emosinya.

Maka, perlu ilmu.

Ilmu yang hakiki bagiku adalah Al-Qur'an. Manual booknya disana semua. Hanya saja, perlu ilmu alatnya. Implementasi dari semua yang tertuang didalamnya. Sebab, Al-Qur'an semakin digali, akan semakin banyak hal mahal yang didapatkan. Keajaiban Al-Qur'an ada dan selalu ada hal baru yang diperoleh, jika ditadabburi di setiap zaman, sepanjang masa.

Ilmu alat ini, ada para ahli. Tentu ketika kita berobat atau Konsul ke ahli, tak semestinya menaruh harapan pada mereka. Karena kita hanya perlu jalan, cara, bukan personalnya. Aku pernah salah meletakkan ekspektasi pada seorang ahli, nyatanya bukannya memberi jalan yang nyaman, malah menghakimi dan menyakiti. Dari sana aku mulai sadar, itu salah.

Sejatinya diri kita ini tak akan terlahir begitu saja tanpa orangtua. Jika selama ini merasa menjadi korban, stop it. Ortu kita tak hidup di zaman kita. Mereka mendapatkan luka juga, tapi tak mampu mengelola karena luka itu terus dibawa. Sedangkan kita bisa seperti hari ini, melek ilmu, sebab karena doa dan adanya mereka. So, loved them.

Tak mudah menemukan guru yang tepat. Dalam hal ini, guru untuk memperbaiki jiwa ya. Icil pernah nemu, seorang psikolog, ...
09/08/2022

Tak mudah menemukan guru yang tepat. Dalam hal ini, guru untuk memperbaiki jiwa ya.

Icil pernah nemu, seorang psikolog, terkenal, kayaknya lembut, baik. Pas udah ikut programnya, pedas sekali, menyakiti hati. Belum lagi tarifnya yang mahal sekali. Padahal, dalam berinteraksi, sungguh jelas dan tak ada kata yang menggurui dari diri ini, malah Icil banyak bertanya. Panjang, namun dijawab singkat sekali, seolah diri ini tak layak untuk berada di forumnya lagi. Icil berharap, menabung dan menguras uang lebih banyak berharap lebih banyak mendinginkan jiwa, tapi malah sebaliknya.

Icil memang salah berekspektasi, karena nyatanya malah sakit hati. Dari sana, akhirnya Icil undur diri. Tapi Icil udah diblok duluan, akun ini dan akun pribadi. Salahnya apa? Entahlah. Heran sih iya, tapi Icil lebih memilih untuk tak bertanya. Tak juga menggali. Mungkin ekspektasi besar itu seharusnya Icil robohkan sejak awal mengikuti.

Alhamdulillah, Icil mendapat guru baru lagi yang lebih nyaman di hati. Malah mendekatkan jiwa ini pada Ilahi. Tak pernah menyakiti, justru menyirami dengan cahaya keilmuan yang hakiki. Biayanya? Lebih mudah dijangkau dan membuat diri ini terus belajar dan bersyukur. Bahkan tak perlu menguras uang belanja seperti dulu lagi.

Jadi, jangan pernah lelah dan berhenti. Teruslah mencari. Guru terbaik adalah guru yang memberi contoh terbaik. Guru yang mampu membuat jiwa dan hati nyaman dan tenang. Guru yang tak menghakimi diri, apalagi main blok sana sini.

Ya, memang tak ada manusia yang sempurna. Namun, jika kita diberi ikhtiar berlebih. Kenapa tidak mencari?

Guru memang cocok-cocokan. Pengalaman seorang guru belum tentu cocok dipakai bahkan digunakan, bukan obat generik. Itulah sebabnya, guruku yang sekarang selalu bilang. "Tak ada tips apapun jika pribadi yang menjalankan berbeda karakter dengan pribadi yang diajarkan. Maka, kembalikan ke Allah, kembali ke Al-Qur'an. Aplikasikan apa yang telah Rasulullah teladankan. Buktinya sudah jelas, hasilnya juga sudah pas. Tak berkurang, tak berlebihan. Sesuai dengan fitrah diri kita."

Pun dalam hal cek Kafalah gurunya. Pilih dan sesuaikan dengan kemampuan kita,ya. ❤️

Address

Bogor

Opening Hours

Monday 09:00 - 17:00
Tuesday 09:00 - 17:00
Wednesday 09:00 - 17:00
Thursday 09:00 - 17:00
Friday 09:00 - 17:00

Telephone

+6285640729065

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Inner Child posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Contact The Business

Send a message to Inner Child:

Videos

Share

Category


Other Podcasts in Bogor

Show All

You may also like