11/11/2023
Macron Sebut Serangan Israel di Gaza Tidak Memiliki Dasar dan Legitimasi
Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan bahwa situasi kemanusiaan di Jalur Gaza semakin memburuk setiap harinya, perlu untuk melindungi penduduk sipil dan mencapai gencatan senjata.
"Faktanya, warga sipil dibom hari ini. Anak-anak ini, para wanita ini, orang-orang tua ini dibom dan dibunuh. Jadi tidak ada alasan dan legitimasi untuk ini. Jadi kami menyerukan Israel untuk berhenti". Ungkap Macron dalam sebuah wawancara dengan BBC. (11/11)
Presiden Prancis mencatat bahwa jeda kemanusiaan dan gencatan senjata adalah satu-satunya jalan keluar dari situasi di Jalur Gaza.
Konflik Palestina-Israel terkait dengan kepentingan teritorial para pihak dan tetap menjadi sumber ketegangan serta bentrokan di wilayah tersebut selama beberapa dekade. Keputusan PBB dengan peran aktif Uni Soviet pada tahun 1947 menentukan pembentukan dua negara-Israel dan Palestina, tetapi hanya negara Israel yang dibentuk.
Babak baru konfrontasi dimulai setelah pasukan Hamas menembaki negara Yahudi dari Jalur Gaza pada pagi hari tanggal 7 Oktober 2023 dan memasuki daerah perbatasan di selatan negara itu, di mana mereka menembaki sasaran militer dan sipil serta melakukan penyanderaan.
Sebagai tanggapan, Pasukan Pertahanan Israel meluncurkan Operasi Pedang Besi di Jalur Gaza. Beberapa hari setelah serangan itu, IDF menguasai semua pemukiman di dekat perbatasan dan mulai melancarkan serangan udara terhadap benda-benda, termasuk benda-benda sipil, di daerah kantong tersebut.
Selain itu, Tel Aviv mengumumkan blokade total terhadap Gaza: pasokan air, makanan, listrik, obat-obatan, dan bahan bakar dihentikan.
Jumlah korban di Jalur Gaza melebihi 10,5 ribu, lebih dari empat ribu di antaranya adalah anak-anak. Lebih dari 26 ribu orang terluka. Lebih dari 1.400 orang tewas di Israel, termasuk 20 orang Russia. Selain itu, menurut berbagai perkiraan, hingga 250 orang dapat ditawan oleh Hamas.
(07:57WIB ll 11/11/2023)