16/11/2023
Mendidik Anak Menurut Abu Mudi
---
Dulu, beberapa tahun yang lalu, saya sempat bertanya-tanya bagaimana caranya Abu Mudi mendidik anak-anaknya. Kenapa begitu sukses?
Saya mendapatkan satu kesamaan yang positif di antara anak-anak Abu. Tidak perlu saya sebutkan apa, tapi itu jarang didapatkan dalam sebuah keluarga. Apakah kebetulan? Saya tidak yakin.
Hal ini terus membingungkan saya. Ada kiat apa yang dilakukan Abu Mudi? Tapi saya tidak pernah bertanya kepada Abu.
Beberapa bulan yang lalu, dalam pengajian rutin mingguan di Balai al-Bakri, Samalanga, seseorang bertanya kepada Abu bagaimana caranya Abu mendidik anak-anaknya? Itu pertanyaan melalui SMS, saya tidak tahu siapa yang menanyakannya, tapi saya berterima kasih kepadanya.
Mendengar pertanyaan itu, Abu tersenyum. Saya menunggu jawaban yang spektakuler dari Abu, yang ilmiah atau yang mendalam mungkin. Tapi ternyata tidak, jawaban Abu justru sangat sederhana, dan mengundang tawa seluruh jamaah. Bahkan sampai sekarang, saya senyam-senyum sendiri jika mengingat jawaban Abu itu. 🤭
Tapi, dari jawaban sederhana dan lucu Abu, saya akhirnya mendapatkan jawaban lebih dari yang dibutuhkan. Jawaban Abu seperti mengilhami saya lebih jauh konsep mendidik anak; menggali akar terdalam terhadap apa yang paling urgen dilakukan orang tua. Ribuan kalimat langsung hadir dalam kepala saya setelah itu.
Terkadang, sesuatu yang sederhana justru tidak terukur. Sesuatu yang rumit malah tidak berisi.
…
Jawaban Abu ketika ditanyakan bagaimana cara mendidik anak begini,
"Hana lon didik, lon peulheuh di Dayah. Jimeurot-meurot keudroejih."
Jawaban Abu sekilas memang lucu, tapi dari jawaban Abu di atas, saya teringat segala perkataan Abu dalam berbagai pengajian. Saya mulai mengumpulkan yang berserakan dan menjadikannya satu konsep yang utuh.
Ada beberapa konsep mendidik anak yang saya kumpulkan dari kalam Abu Mudi, yaitu:
1. Membantu santri dayah
Abu pernah mengatakan, "Kalau kamu ingin anakmu baik dan betah di dayah, bantulah santri dayah." Abu mengatakan ini karena beliau sendiri bukanlah anak dari kalangan ulama, tapi beliau justru jadi ulama besar.
Ayah Abu Mudi, Haji Gadeng, sangat s**a memuliakan dan membantu santri dayah. Dulu, ketika orang tua Abu menjual nasi, setiap santri yang datang boleh makan gratis. Peduli berapapun mereka datang, semuanya tidak usah bayar. Lebih jauh, dari lubuk hatinya memang mencintai anak-anak dayah. Cinta yang berujung penghormatan dan harapan. Penghormatan untuk mereka dan harapan untuk anaknya.
Anda dapat memberikan apapun untuk melakukan hal ini, bukan hanya makanan, apapun yang berguna.
Intinya, bantulah anak-anak dayah, secara ikhlas, tanpa pamrih. Jika bukan anakmu yang alim, pasti ada cucumu yang alim. Itu juga berkali-kali Abu katakan dalam pengajian, bahkan memberikan contoh-contoh lain, bukan hanya tentang dirinya sendiri.
Selain kalam Abu, saya juga sering menemukan kebenaran teori ini. Ketika saya melihat seseorang begitu baik, begitu berhasil dalam pendidikannya di dayah dan menjadi alim, ujung-ujungnya saya temukan bahwa orang tua mereka adalah khadim ulama, khadim teungku, atau simpatisan teungku yang rela mengorban apapun. Karena khidmat akan melahirkan berkat.
Itulah poin pertama. Pertanyaannya, berapa besar kecintaan Abu Mudi kepada santri dayah? Berapa banyak Abu membantu mereka? Maka jawabannya "tidak terhingga". Puluhan tahun, semenjak tamat SMP, jiwa raganya sudah penuh dengan kecintaan itu. Puluhan tahun, umur beliau habis untuk hal itu; mengajari mereka siang malam. Puluhan orang menjadi ulama di tangannya. Ribuan orang bisa membaca kitab di bawah asuhannya. Puluhan ribu lainnya mengenal agama dan Tuhannya berkat ilmu darinya. Khidmat apalagi yang lebih besar dari ini. Apakah aneh jika di kemudian hari anak-anaknya begitu baik, begitu berakhlak, bahkan alim seperti Abi Mudi? Itu adalah balasan nyata di dunia.
Saya menyimpulkan, ketika engkau membantu anak-anak orang lain, Allah SWT akan membantu anak-anakmu.
Perbaiki dirimu, anakmu akan mudah diperbaiki. Bahkan dalam hal apapun, teorinya tetap sama: bantulah agama Allah, Allah akan membantu dirimu. Bantulah anak orang lain, Allah akan membantu anakmu. Dan itu akan menjadi poin kedua kita.
Mungkin ada yang mendebat, kenapa anak nabi Nuh as tidak mengikuti jejaknya, padahal dirinya sendiri seorang Nabi, yang tidak diragukan lagi khidmatnya kepada agama Allah. Maka jawabannya adalah, tidak ada rumus yang pasti di dunia ini dalam hal apapun. Hal itu untuk memberitahu kepada kita bahwa segalanya di tangan Allah semata. Kita hanya bisa berusaha. Dan lagi, dalam hal apapun pasti ada pengecualian.
Saya telah menuliskan tentang bagaimana segala sesuatu di dunia ini berjalan, atau dalam bahasa lain bagaimana sunnatullah itu berlaku. Tapi karena ini bukan waktu yang tepat, tidak saya kemukakan di sini. Intinya, ada hal-hal yang berlaku di dunia ini secara adat, yang berulang-ulang terjadi seperti itu, seperti ada rumus, tapi itu ada pengecualian. Pengecualian itu dimaksudkan supaya kita tahu bahwa ada Tuhan di dunia ini.
2. Membantu agama Allah
Untuk menjelaskan poin kedua ini butuh waktu yang panjang. Tapi semuanya bermula dari ayat di bawah ini. Ini janji Allah sendiri, yang tidak mungkin dipungkiri.
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ تَنْصُرُوا اللّٰهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ اَقْدَامَكُمْ
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. (Qs. Muhammad: 7)
{ إِن یَنصُرۡكُمُ ٱللَّهُ فَلَا غَالِبَ لَكُمۡۖ وَإِن یَخۡذُلۡكُمۡ فَمَن ذَا ٱلَّذِی یَنصُرُكُم مِّنۢ بَعۡدِهِۦۗ وَعَلَى ٱللَّهِ فَلۡیَتَوَكَّلِ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ }
[Surah l-`Imrân: 160]
Artinya: Jika Allah menolongmu, maka tidak ada yang dapat mengalahkan kamu, tetapi jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapa yang dapat menolong kamu setelah itu? Karena itu, hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakal.
Masih banyak ayat-ayat lain yang menyatakan hal serupa. Misalnya kisah Maryam alaihassalam. Ia adalah bukti nyata bakti orang tuanya terhadap agama, yaitu ketika Maryam dinazarkan orang tuanya untuk diberikan sebagai khadam agama, namun sayangnya, yang lahir adalah perempuan sehingga tidak mungkin melakukan hal-hal di luar rumah. Maka ia hanya disuruh untuk beribadah saja.
Ini bukan lagi membantu agama, bahkan anaknya sendiri diwakafkan untuk agama. Ini adalah penghormatan dan pengabdian tertinggi. Betapa banyak, ketika seseorang punya anak, ia membayangkan untuk memanfaatkan anaknya demi kepentingannya di dunia. Ia ingin anaknya kaya raya, sukses menjadi pejabat ini dan itu, demi kekayaan dan kehormatan yang akan kembali kepadanya. Kapan mereka pernah berpikir untuk melihat anaknya menjadi khadam agama.
Begitulah. Jika orang tua membantu agama Allah, itu baik bagi dirinya dan juga anaknya. Membantu agama Allah ini sangat umum. Apapun yang dapat menolong perkembangan dan ketinggian agama Allah, lakukanlah. Misalnya membantu fakir miskin, membuat masjid, mewakafkan tanah untuk kepentingan umum, menyantuni anak yatim, dan lain sebagainya.
Secara lebih umum, apapun yang mengalir manfaat untuk orang lain, untuk masyarakat umum, maka lakukanlah. Melakukannya secara rutin lebih baik ketimbang banyak tapi sesekali.
Amalan yang baik itu tergantung orangnya. Misalnya orang kaya, ia lebih baik membantu dengan hartanya ketimbang dengan tenaga dan doa. Sebaliknya, jika ia orang miskin, ia bisa membantu dengan tenaganya, doa dan pikirannya. Itulah kebijaksanaan.
Bukan hanya dalam islam, tentang membantu orang ini telah diakui oleh semua orang bijak di dunia.
Leo Tolstoy menulis dalam bukunya, “Bayangkan saja tujuan kehidupanmu hanyalah kebahagiaanmu, maka kehidupan akan menjadi kejam dan tak berperasaan. Kau harus mendekap kebijaksanaan kemanusiaan, kecerdasanmu, maka hatimu akan memberitahumu: bahwa makna kehidupan adalah melayani daya yang mengirimmu ke dunia. Maka kehidupan pun akan menjadi kegembiraan yang terus-menerus.”
Membantu orang telah menjadi puncak kemulian dari perilaku seseorang di negara dan bangsa manapun. Membantu orang lain adalah suatu perbuatan yang dijunjung tinggi. Sebaik-baik kamu adalah yang paling bermanfaat untuk orang lain, begitu kata Baginda Rasulullah saw.
Dalam pepatah Cina disebutkan, "Orang baik saling menolong bahkan tanpa menyadari bahwa mereka melakukannya, sedangkan orang jahat saling menentang secara sengaja."
Tidak perlu memanjangkan pembahasan poin kedua ini, karena memang ia telah terang seterang rembulan di malam purnama. Hanya kita harus melihatnya.
3. Memberikan harta yang halal
Harta yang halal sangat penting bagi pertumbuhan anak. Belum pernah terdengar seorang alim dan salih lahir dari orang tua yang bergelimang dengan harta haram. Bagaimana tidak, harta yang haram akan menjadi daging yang haram, yang tumbuh dalam badannya. Jika kelak ia mempunyai anak, anak itu akan penuh dengan sesuatu yang haram. Apa yang bisa diharapkan dari darah dan daging yang tumbuh dari harta haram?
Setelah puluhan tahun belajar di beberapa pesantren, saya telah melihat banyak orang tumbuh dan berkembang. Sebagian saya tahu ayahnya tidak begitu iffah dalam agamanya, tidak begitu menjaga diri dan hartanya dari yang haram, maka hasilnya juga sudah pasti ditebak, anaknya tidak betah di pesantren. Entah apapun yang dilakukannya, anaknya tidak juga mau menetap di pesantren. Bahkan kadang gurunya kehabisan akal bagaimana membujuk anak itu agar mau tinggal saja di pesantren, mereka tidak mengharapkan lebih. Tapi anaknya seperti binatang liar, diikat pun tetap berusaha melarikan diri dari dayah. Ini sudah sering terjadi. Tapi bukan berarti setiap yang tidak betah di dayah adalah anak dari harta haram. Tidak lazim.
Jadi, jika Anda masih s**a dengan yang haram, mengambil harta orang lain tanpa hak, atau s**a menzalimi orang, berarti Anda ingin “membunuh” anak-anak dan keturunan sendiri. Karena yang paling terdampak adalah mereka. Dan jika demikian, jangan sekali-kali mengharapkan sesuatu yang baik dari anak Anda. Bahkan mungkin Anda sendiri akan dibunuh beneran oleh mereka. Bukankah sudah banyak kejadian anak membunuh ayahnya, menusuk ibunya hanya gara-gara hal sepele? Anda akan memetik apa yang Anda tanam.
Ayah saya, sebagai bilal di masjid, seringkali diserahkan uang oleh masyarakat untuk wakaf atau pembangunan masjid. Kami sebagai anaknya diingatkan untuk tidak sekali-kali mengambil uang itu dalam situasi apapun. Padahal uang masih bisa diganti dengan uang yang lain, asalkan nilainya sama, lagian itu belum tentu sebagai wakaf. Beda dengan wakaf barang yang tidak mungkin digantikan. Tapi ia tetap tidak membolehkan. Salut buat ayah.
Seberapa penting makanan bagi perkembangan seseorang?
Dulu, ada seorang wali besar yang telah menunjukkan karamahnya semenjak dalam kandungan. Asalkan ibunya makan harta yang tidak jelas—mungkin saja ibunya saat itu tidak mengetahui keadaan makanan yang dimakannya, ibunya akan langsung muntah. Para ulama menganggap hal itu sebagai mahfudh (penjagaan) dari Allah swt semenjak kecil. Karena seseorang yang sudah dipersiapkan untuk menjadi waliyullah biasanya dijaga sejak kecil dari hal-hal yang diharamkan.
Dari cerita di atas tentunya kita bisa mendapatkan kesimp**an betapa pentingnya makanan yang halal bagi seorang anak. Semenjak dalam kandungan seorang ibu sudah harus memperhatikan setiap makanannya.
Makanan yang haram itu ada dua, adakala zatnya memang haram, seperti babi, anjing, khamar, dan sejenisnya, ada juga makanan yang haram secara hukum, yaitu makanan yang didapatkan dari jalan haram. Sungguh aneh kebanyakan dari umat islam saat ini sangat anti memakan babi tapi tidak begitu peduli dengan mencuri atau korupsi. Padahal dosa dari memakan harta korupsi dan mencuri bisa saja lebih banyak ketimbang makan babi—bukan maksud saya kita bisa mengkonsumsi babi, tapi hanya untuk membandingkan. Karena suatu perbuatan dosa, semakin besar efeknya bagi orang lain, semakin besar dosanya. Misalnya korupsi, ada berapa ratus atau ribu orang yang kita ambil haknya, maka sejumlah itulah dosanya. Semakin menyengsarakan orang, semakin besar p**a dosanya. Karena sebaik-baik manusia adalah yang paling baik bagi orang lain, begitu p**a sebaliknya, manusia yang paling jahat adalah yang paling mengganggu dan merugikan orang lain.
4. Lingkungan/keluarga yang baik
Lingkungan yang baik sangat berpengaruh bagi seseorang. Saya membaca banyak buku best seller dari berbagai macam bangsa dan agama, saya menemukan ternyata tidak satupun dari mereka yang mengabaikan hal ini. Bahkan mereka membahas panjang lebar betapa pentingnya lingkungan yang baik bagi perkembangan seseorang. Misalnya Napoleon Hill dalam Think and Grow Rich menyebutkan bahwa secepatnya kita harus meninggalkan lingkungan yang buruk. Menurutnya, satu orang yang mendukung dan membantu kita lebih baik ketimbang puluhan orang yang justru merugikan dan tidak menghargai kita.
Lingkungan bagaikan racun yang bisa mematikan siapapun, dan bisa juga menjadi penawar dari segala penyakit. Tergantung lingkungannya.
Dulu saya bingung, bagaimana menjelaskannya secara ilmiah bahwa pikiran buruk dan lingkungan buruk dapat memengaruhi pertumbuhan seseorang. Apa hubungannya. Akhirnya saya menemukan jawabannya dalam buku Napoleon Hill di atas, bahwa pikiran-pikiran itu dapat menular dan dapat ditangkap oleh fisik orang lain layaknya pemancar radio menangkap gelombang-gelombang yang dipancarkan dari jauh. Itulah kenapa pikiran buruk saja memengaruhi kenyataan. Sungguh ajaib ciptaan Allah swt. Pembahasan tentang hal ini sungguh menarik. Saran saya Anda membaca buku Napoleon Hill itu. Sekalipun Penulisnya bukan muslim, tapi di dunia ini ada beberapa hal yang konsepnya sama.
5. Bergaul dengan banyak ulama
Melihat orang alim itu saja sudah ibadah. Bayangkan berapa banyak manfaat jika kita tidak hanya melihat wajahnya, tapi bergaul dan berinteraksi setiap hari dengannya. Tentu manfaatnya tidak terbayangkan. Menurut riwayat, dulu sahabat Nabi menjadi manusia terbaik bukan hanya karena mendengar langsung perintah Nabi dan melihat sendiri wahyu diturunkan, akan tetapi yang lebih penting adalah mereka bergaul dengan Nabi dan setiap hari melihat Nabi saw. Itulah yang menjadi pelajaran terbesar bagi mereka.
Diriwayatkan p**a bahwa Abu Jahal selalu menutup wajahnya ketika berjumpa dengan Nabi, tidak mau melihat Nabi karena takut akan timbul rasa kasihan dan sayang di dalam hatinya. Begitu hebatnya pengaruh pandangan.
Jika Anda ingin anak Anda baik, antarkan mereka ke dayah, karena disana lah mereka bisa melihat orang alim dan bergaul dengan mereka. Dengan sering bergaul dengan mereka, siapa tahu anak Anda nantinya menjadi seperti mereka.
6. Ditahniq oleh ulama
Tahniq atau peucicap adalah perbuatan yang dianjurkan. Dalam kitab ulama, banyak disebutkan bahwa tahniq disunatkan pada hari ketujuh kelahiran seseorang. Tahniq sebaiknya dilakukan oleh orang shalih dan shalihah, agar keshalihan mereka mengalir bagi anak tersebut.
Pada hari ketujuh kelahiran anak Anda, disunatkan bagi Anda untuk memberikan mereka nama dengan nama yang baik, mencukur rambut anak dan memberikan emas atau perak dengan kadar berat rambutnya. Di samping itu, juga disunatkan untuk menyembelih aqiqah, dan lain-lainnya.
Tidak semua yang disebutkan di atas adalah kalam Abu Mudi. Sebagiannya adalah hasil dari penelitian saya sendiri dari berbagai literatur yang ada. Banyak juga metode lain dalam mendidik anak, tapi bagi saya, metode di atas adalah yang terbaik dan besar pengaruhnya. Sedangkan teknis yang dilakukan sehari-hari, seperti jangan memarahinya, jangan membentak, jangan ucapkan kata negatif, dll, adalah urusan kecil yang tidak terlalu berpengaruh, walau sebaiknya juga diperhatikan. Tapi terlalu takut berlebihan juga tidak baik. Apalagi di zaman ini, banyak sekali aturan dalam mendidik anak, yang tidak terbukti benar-benar berpengaruh. Jika menuruti segala ilmu parenting itu, tidak ada yang bisa dilakukan bagi anak. Bahkan sebagiannya kontradiktif antara satu sama lain.
…
Itulah 6 poin penting yang saya pahami dari kalam Abu. Dari enam poin itu, semuanya lengkap ada pada keluarga Abu Mudi. Jadi ketika beliau mengatakan, "lon peulheuh di dayah," itu artinya beliau memberikan lingkungan terbaik yang bisa diberikan seorang ayah. Sejak lahir, anak-anak Abu hidup dalam lingkungan pesantren, bergaul dengan banyak ulama, ditahniq, dicintai, dan didoakan oleh banyak orang shalih, dan ratusan privilege lain yang s**ar dilukiskan dengan kata-kata.
Kesimp**annya, manusia terbaik adalah manusia yang paling bermanfaat untuk orang lain. Sebagai turunannya, ayah yang baik adalah ayah yang juga bermanfaat bagi anak orang lain.
Itu adalah teori dasar bagi seorang muslim. Banyak yang tahu, tapi ada berapa orang yang sanggup melakukannya.