18/05/2024
Perjuangan Ibu
Di sebuah desa kecil, hiduplah seorang ibu bernama Sari bersama anaknya, Ardi. Mereka tinggal di sebuah rumah sederhana yang terbuat dari kayu tua, peninggalan suaminya yang telah meninggal beberapa tahun lalu. Sejak kematian suaminya, Sari menjadi satu-satunya tumpuan keluarga, merawat Ardi dan mencari nafkah untuk kebutuhan sehari-hari.
Ardi adalah anak yang cerdas dan memiliki cita-cita tinggi. Ia selalu bermimpi bisa bersekolah seperti teman-temannya. Melihat semangat dan keinginan kuat anaknya, Sari bertekad untuk mewujudkan mimpi Ardi, meskipun ia tahu itu tidak akan mudah. Seragam sekolah dan biaya pendaftaran bukanlah hal yang murah bagi mereka yang hidup dalam keterbatasan.
Setiap pagi, sebelum matahari terbit, Sari sudah berkeliling desa menawarkan jasanya sebagai buruh serabutan. Ia mengerjakan berbagai pekerjaan, mulai dari mencuci pakaian orang, membantu di ladang, hingga mengangkat beban berat di pasar. Sari sering harus melakukan pekerjaan yang biasanya dilakukan oleh laki-laki, seperti memotong kayu dan membongkar muatan truk. Meskipun tubuhnya lelah dan tangannya penuh luka, Sari tidak pernah mengeluh. Semua dilakukannya demi Ardi.
Setiap sen yang dikumpulkan Sari disimpannya dengan hati-hati. Ia mengurangi makan dan kebutuhan pribadinya agar bisa menyisihkan lebih banyak uang. Bahkan, Sari seringkali menahan lapar dan hanya makan sekali sehari agar bisa menabung lebih banyak. Semuanya demi satu tujuan: melihat Ardi bersekolah dengan seragam baru, berdiri sejajar dengan teman-temannya.
Hari pendaftaran sekolah semakin dekat. Uang yang terkumpul masih belum mencukupi, namun Sari tidak putus asa. Ia mencari pekerjaan tambahan, meskipun harus bekerja hingga larut malam. Sari menerima tawaran membersihkan sebuah pabrik tua yang penuh dengan debu dan kotoran. Pekerjaan ini sangat berat dan berbahaya, tetapi Sari tetap melakukannya dengan penuh semangat.
Akhirnya, hari yang dinantikan tiba. Dengan uang yang telah dikumpulkan selama berbulan-bulan, Sari berhasil membeli seragam sekolah untuk Ardi dan membayar biaya pendaftaran. Melihat Ardi memakai seragam sekolahnya untuk pertama kali, air mata kebahagiaan mengalir di p**i Sari. Semua jerih payah dan pengorbanannya terbayar lunas melihat senyum cerah di wajah anaknya.
Ardi pergi ke sekolah dengan penuh semangat. Setiap pagi, Sari mengantar Ardi hingga ke gerbang sekolah, meskipun setelah itu ia harus kembali bekerja keras. Melihat Ardi belajar dan bermain bersama teman-temannya memberikan kekuatan baru bagi Sari. Ia tahu, perjuangannya belum selesai, tetapi ia juga tahu bahwa masa depan Ardi kini memiliki harapan yang lebih baik.