Kisah Ulama

Kisah Ulama Konten Kalam Hikmah dan Kisah Ulama Nusantara.

19/01/2025

Kisah Ulama'
NUSANTARA

"DO’A SEORANG IBU KEPADA ANAKNYA LEBIH UTAMA DARIPADA DO’A 70 WALI QUTHUB"Ada seorang anak muda minta doa kepada Habib A...
14/01/2025

"DO’A SEORANG IBU KEPADA ANAKNYA LEBIH UTAMA DARIPADA DO’A 70 WALI QUTHUB"
Ada seorang anak muda minta doa kepada Habib Abu Bakar Assegaf – Gresik, “Ya habib doakan saya’.
Kemudian Habib Abu Bakar bertanya kepada pemuda tersebut, “Apakah kamu masih memiliki orang tua?,” tanya sang Habib.
“Iya wahai Habib saya masih punya ibu,” jawab pemuda tersebut.
Kemudian Habib Abu Bakar menyuruh pemuda tersebut untuk p**ang supaya meminta doa kepada ibunya..

“Karena doa ibumu lebih afdol daripada doa 70 pangkat Wali Qutub”.
Di Hadromaut (Yaman), Setiap orang yang datang menghadap Habib Salim atau Habib Sepuh yang Alim di Tarim untuk minta di Doakan, selalu mendapat pertanyaan yang sama
“Apakah kamu masih memiliki Permata (IBU) di Rumahmu ? ”
Jika jawabnya masih, Maka beliau dengan halus mengatakan : Tahukah, bahwa doa Ibu untukmu , Lebih Mulia & Makbul dari pada Doa seorang Wali Besar sekalipun ?.

Rasulullah ﷺ bersabda Orang tua adalah Pintu Surga yang paling Tengah , maka jangan sia-siakan Pintu itu atau Jagalah ia. (HR. TIRMIDZI)📚
DOA Ibu menembus langit ke-7…tidak terhalang oleh apapun … Muliakanlah IBUmu , Maka surga menantimu....✍️

والله أعلمُ بالـصـواب
Wallahu A’lam Bishawab.

Manfaat Kurma Ajwa Oleh Guru Sekumpul.Barangsiapa Ujar Abah apabila ada orang terkena racun kemudian memakan kurma ( Ajw...
14/01/2025

Manfaat Kurma Ajwa Oleh Guru Sekumpul.
Barangsiapa Ujar Abah apabila ada orang terkena racun kemudian memakan kurma ( Ajwa ) ini lalu memakan nya 7 butir secara berturut-turut maka In syaa Allah racun itu dalam satu minggu akan hilang dan terbawanya.

Dan lagi Ujar Abah faedah dan khasiat memakan kurma ajwa ini ketika ada orang meracuni kita in syaa Allah maka tidak akan berfungsi.

Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadits :

مَنْ تَصَبَّحَ بِسَبْعِ تَمَرَاتٍ عَجْوَةً لَمْ يَضُرَّهُ ذَلِكَ الْيَوْمَ سُمٌّ وَلاَ سِحْرٌ

“Barangsiapa di pagi hari memakan tujuh butir kurma ajwa, maka ia tidak akan terkena racun dan sihir pada hari itu.”
( Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari, no. 5779 dan Muslim, no. 2047 ).

Mengenai keutamaan kurma ini juga disebutkan dalam hadits dari Sa’d bin Abi Waqqash, Nabi Shollallahu 'Alaihi Wasallam bersabda :

مَنْ أَكَلَ سَبْعَ تَمَرَاتٍ مِمَّا بَيْنَ لاَبَتَيْهَا حِينَ يُصْبِحُ لَمْ يَضُرَّهُ سُمٌّ حَتَّى يُمْسِىَ

“Siapa yang makan tujuh butir kurma yang berasal dari Madinah ketika pagi, maka racun-racun tidak akan membahayakannya sampai sore.”
(HR. Muslim, no. 5459).

Khasiat lainnya yaitu menurut Ibnul Qayyim menyebutkan bahwa kurma ini bisa menguatkan (menajamkan) penglihatan dan sangat mujarab.
Dan sangat mujarab jika digunakan berbuka puasa.
Riwayat lain nya juga bisa menangkal sihir.

Mudahan Berkat Rasulullah Shollallahu 'Alaihi Wasallam Berkat Guru-Guru Kita Dan Orang-Orang Sholeh Kita Sabarataan Selamat Dunia Akhirat, Qubul Segala Hajat Kita Dunia Akhirat.

آمِيْن اللّهُمَّ آمِيْن

Aamiin Allāhumma aamiin 🤲 🤲

Dikutip dari pengajian Sekumpul.
Kunjungi==>Kisah kramat Wali Wali Allah untuk mengetahui kisah Sejarah Nasehat dan lainnya.

ﺍَﻟﻠﻬُﻢَّ ﺻَﻞِّ ﻋَﻠَﻰ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﻭَﻋَﻠَﻰ ﺁﻝِ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﷺ

-------
Allahumma Sholli Alaa Sayyidina Muhammad Wa Aalihi Wa Shohbihi Wasallim.

SILSILAH KELUARGA  RAJA DEMAK BINTORORaden Patah, Adipati Demak Bintoro bertahta di Kraton Glagah Wangi dengan gelar :" ...
07/01/2025

SILSILAH KELUARGA RAJA DEMAK BINTORO

Raden Patah, Adipati Demak Bintoro bertahta di Kraton Glagah Wangi dengan gelar :

" Syah Alam Akbar Senopati Jimbun Sirrolah Kalifatul Rasul Ammirilmukminin Tajudin Ngabdulhamidhah "
Beliau juga disebut sebagai Sultan Ngadil Surya I.
Bertahta tahun Jimawal Sinangkalan Mantri Tunggal Catur Aji ( th 1413 ) beliau jumeneng Nata 27 Tahun.

A. RADEN PATAH RAJA DEMAK I
Raden Djoko Probo atau Raden Patah adalah Putra dari Raja Majapahit Brawijaya V, Beliau menikah dengan Ratu Panggung putri Sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manilo
Menurunkan :
1. Raden Suryo atau Pangeran Sabrang Lor atau Adipati Unus ( Raja Demak II )
2. Raden Songko atau Pangeran Adipati Anom atau Pangeran Sekar Sedo Lepen
3. Raden Trenggono
4. Raden Ayu Kirana atau Ratu Mas Purnamasidi menikah dengan Panembahan Banten
5. Raden Ayu Wulan atau Ratu Mas Nyowo menikah dengan Panembahan Cirebon
6. Raden Tangkowo atau Pangeran Kundurawan menjadi Tumenggung di Sumenep
7. Raden Jaladara , meninggal muda
8. Raden Tedjo , Pangeran Pamekasan Madura
9. Raden Alit atau Pangeran Sekar atau Pangeran Ragil ( leluhur Ki Ageng Karang Lo )

B. ADIPATI UNUS
Raden Suryo atau Pangeran Sabrang Lor adalah Raja Demak II
Pangeran Sabrang Lor / Pati Unus beristri padmi (Putrinya Batara Katong), berputra :
1. Ratu Emas Pembayun, menikah dgn Susuhunan Prawata. Bertemu sepupu.
2. Ratu Emas Panenggak, menikah dgn Pangeran Tumenggung Mangkurat. Bertemu sepupu.
3. Pangeran Adipati Panaraga.
4. Pangeran Anom Madepandhan Ngabdulsalam, menurunkan Adipati Pandhan Arang..

Tahun 1511 M, Pati Unus menikah dgn Ratu Ayu (saudara Pangeran Adipati Muhammad Arifin / Pangeran Pasarean).. Pati Unus / Pangeran Sabrang Lor / Sultan Demak II wafat., tahun 1524 M, Ratu Ayu menikah lagi dgn Fadhilah Khan / Faletehan...

C. RADEN SONGKO, PANGERAN SEKAR SEDO LEPEN
Raden Songko bergelar Pangeran Adipati Anom atau Pangeran Sekar Sedo Lepen atau Pangeran Sekar yang wafat di sungai.
Menurunkan :
1. Pangeran Haryo Jipang atau Haryo Panangsang menikah dengan Putri Sunan Kudus
2. Ratu Timoer menikah dengan Panembahan Timur Bupati Madiun I
3. Pangeran Haryo Mataram

D. SULTAN TRENGGONO RAJA DEMAK III
Sultan Trenggono adalah Raja Demak ke tiga, Beliau adalah putra Raden Patah raja Demak I dari istri nya yang bernama Asyikah atau Ratu Panggung .Ratu Asyikah adalah Putri Sunan Ampel.
Wafat pada tahun 1546
Memerintah Kraton Demak pada tahun Alip sinangkalan Banyu Suci Dadi Nabi ( th 1417)
Sultan Trenggono mempunyai dua istri yaitu Kanjeng Ratu Pembayun ( Putri Sunan Kalijaga ) dan Putri Nyai Ageng Maloko.

Dari Putri Nyai Ageng Maloko menurunkan :
1. Ratu Pembayun
2. Sunan Prawoto
3. Ratu Mas Pemancingan menikah dengan Panembahan Jogorogo ing Pemancingan
4. Retno Kencana ( Ratu Kalinyamat ) menikah dengan Pangeran Hadiri ( Penguasa Jepara )
5. Ratu Mas Ayu menikah dengan Pangeran Orang Ayu putra Pangeran Wonokromo
6. Ratu Mas Kumambang

Dari Kanjeng Ratu Pembayun ( Putri Sunan Kalijaga ) menurunkan :
7. Pangeran Timur , Panembahan Madiun , Bupati I Kadipaten Madiun
8. Ratu Mas Cempaka , menjadi Permaisuri Sultan Hadiwijaya Pajang bergelar Ratu Mas Pajang.
9. Pangeran Tg Mangkurat ( dari Garwa Pangrembe )

Sumber data : Soejarah Jawa oleh Pujangga Hartati

Lora Ismail Al-Ascholy.
07/01/2025

Lora Ismail Al-Ascholy.

KANJENG RATU MAS HADIKanjeng Ratu Mas Hadi adalah Permaisuri dari Panembahan Hadi Prabu Hanyokrowati, Raja Mataram II. K...
04/01/2025

KANJENG RATU MAS HADI

Kanjeng Ratu Mas Hadi adalah Permaisuri dari Panembahan Hadi Prabu Hanyokrowati, Raja Mataram II. Kanjeng Ratu Mas Hadi terlahir dengan nama Bandara Raden Adjeng Dyah Banowati. Beliau adalah Canggah Sunan Kalijaga dan Cucu Buyut Sultan Trenggana , juga Cucu Sultan Hadiwijaya dari Putranya yaitu Pangeran Benowo.

Dari pernikahannya dengan Sunan Hadi Prabu hanyokrowati raja Mataram II, menurunkan :
1. Raden Mas Djatmiko atau Pangeran Rangsang setelah menjadi raja Mataram bernama Sultan Agung Hanyokrokusumo berkedaton di Nagari Kerto
2. Raden Ajeng Walik atau Ratu Mas Pandansari menikah dengan Pangeran Pekik di Surabaya.
3. Raden Ajeng Tulak atau Ratu Sekar menikah I dengan Adipati Pragola Pati II setelah suami meninggal menikah lagi yang II dengan Pangeran Ronggo Pati III
4. Raden Mas Sanjoyo atau Pangeran Adipati Pamenang.

Setelah Sunan Hanyokrowati meninggal, Sultan Agung menikahkan lagi Kanjeng Ratu Mas Hadi dengan Pangeran Juminah ( adik Sunan Hanyokrowati ) kemudian Pangeran Juminah diberi gelar Panembahan Juminah.

Dari pernikahan Ratu Mas Hadi dengan Panembahan Juminah menurunkan :
1. Raden Ayu Djurumayem menikah dengan Panembahan Jurumayem

2. Pangeran Adipati Balitar,beliau menurunkan Pangeran Tg Balitar Tumapel III yang dimakamkan di Kuncen Madiun, kemudian P. Tg. Blitar Tumapel III menurunkan P. Arya Blitar IV dimakamkan di astana Nitikan yogya.P.Arya Balitar IV menurunkan Raden Ayu Puger Garwa Sunan Pakubuwana I Kartasura yang menurunkan Sunan Amangkurat IV.

3. Raden Haryo Suroloyo

4. Raden Ayu Kajoran menikah dengan Pangeran Kajoran menurunkan Putri yang kelak menjadi Istri Amangkurat I dan menurunkan Sunan Pakubuwana I

Sebagai Penghormatan kepada Ibunda, Oleh Sultan Agung Hanyokrokusumo Setelah wafat Kanjeng Ratu Mas Hadi dimakamkan di Astana Giriloyo berdampingan satu lokasi dengan suami keduanya yaitu Panembahan Juminah.

Al Fatihah kagem Eyang Ratu Mas Hadi.

Ditulis oleh KRT Koes Sajid Jayaningrat.
Foto Makam Ratu Mas Hadi.

"KISAH MBAH HAMID PASURUAN MEMUJI KETAWADLUAN MBAH ARWANİ KUDUS".KH.M. Arwani Amin atau Mbah Arwani dikenal sebagai ulam...
03/01/2025

"KISAH MBAH HAMID PASURUAN MEMUJI KETAWADLUAN MBAH ARWANİ KUDUS".
KH.M. Arwani Amin atau Mbah Arwani dikenal sebagai ulama yang ‘alim ‘allamah.
Disamping itu, beliau juga dikenal oleh masyarakat luas sebagai sosok ulama besar yang lembut dan rendah hati. Kemuliaan akhlak dan ketawadhuan beliau tidak hanya diakui oleh masyarakat biasa, bahkan para ulama hingga wali-wali Allah pun mengakuinya.

Setiap tamu yang sowan ke rumahnya diterimanya dengan sangat baik oleh beliau, baik tamu itu berasal dari kalangan biasa, ulama, ataupun pejabat negara. Sangking hormatnya beliau kepada tamu, beliau sendiri yang menyuguhkan jajanan/hidangan ke para tamu satu persatu. Biasanya, beliau membawakan toples jajanan lalu menyuguhkan langsung ke para tamu satu persatu. Bahkan, beliau juga yang merapikan sandal-sandal para tamu sendiri. Terkadang ada tamu yang tidak enak hati (pekewuh) melihat pemandangan tersebut. Akan tetapi, beliau selalu menjawab, “Tidak apa-apa”.

Suatu waktu, KH. Abdul Hamid dari Pasuruan, Jawa Timur, atau lebih dikenal dengan nama Mbah Hamid Pasuruan bertamu ke rumah beliau. Perlu diketahui, Mbah Hamid adalah ulama besar yang sudah masyhur kewaliannya. Bahkan Mbah Hamid adalah Wali Allah yang sering terlihat karomahnya oleh masyarakat. Saat bertamu (sowan) ke rumah Mbah Arwani, Mbah Hamid memuji kerendahan hati (ketawadhuan) Mbah Arwani seraya berkata:

“Mbah Arwani, Njenengan kok saged ngempet karomah, menawi kulo kok mboten saged” (Mbah Arwani, Anda kok bisa menahan diri (menyembunyikan) karomah, kalau saya kok tidak bisa).

“Mbah Hamid, Njenengan kan teseh enem, menawi kulo mpun sepuh”, (Mbah Hamid, Anda kan masih muda, kalau saya sudah sepuh), jawab Mbah Arwani

Dari situlah, Mbah Hamid tahu sikap rendah hati (tawadhu) dan kemuliaan akhlak Mbah Arwani. Bahkan Mbah Hamid begitu kagum pada sosok Mbah Arwani yang bisa menahan diri dan menyembunyikan karomah yang dimilikinya.

Kisah Karamah Syekh Abdul Qadir al-Jilani Menjadi Tangga Rasulullah Mencapai ArsyDi antara keistimewaan Syekh Abdul Qadi...
03/01/2025

Kisah Karamah Syekh Abdul Qadir al-Jilani

Menjadi Tangga Rasulullah Mencapai Arsy
Di antara keistimewaan Syekh Abdul Qadir al-Jilani disebutkan di dalam kitab Manaqib Jawahirul Ma’ani, dikisahkan bahwa sewaktu Rasulullah saw. dimi’rajkan oleh Allah Swt, ia dipertemukan oleh Allah dengan ruh-ruh para nabi dan rasul terdahulu. Namun Bukan hanya dengan para nabi, Rasulullah saw. juga dipertemukan dengan wali-wali Allah. Saat Rasulullah saw. hendak mencapai Arsy, Allah Swt. mengutus ruh Syekh Abdul Qadir al-Jilani untuk menghadap Rasulallah saw.

Saat itulah pundak Syekh Abdul Qadir al-Jilani dijadikan sebagai tangga bagi Rasulullah saw. untuk naik ke Arsy. Ketika hendak menaiki pundak Syekh Abdul Qadir al-Jilani, Rasulullah saw. bertanya kepada Allah Swt., “Siapa sesunggungnya sosok yang menyediakan pundaknya sebagai tangga untuk naik ke Arsy itu?” Allah berfirman bahwa sosok yang ia injak pundaknya itu adalah cucunya sendiri yang bernama Abdul Qadir.

Saat itu Allah juga berfirman, “Seandainya Aku tidak mJAT pintu kenabian dengan dirimu (Muhammad), pastinya Aku akan mengangkat Abdul Qadir sebagai nabi setelahmu“. Setelah itu Rasulullah saw. bersabda kepada cucunya itu, “Wahai cucuku, sungguh engkau beruntung bisa melihat dan bertemu denganku, dan betapa beruntungnya orang-orang yang bisa melihat dan bertemu denganmu, dan betapa beruntungnya p**a orang yang bisa melihat orang yang pernah bertemu denganmu.

Begitu seterusnya hingga 27 generasi. Aku berdiri di atas pundakmu dan kau berdiri di atas pundaknya para wali.“ Peristiwa ajaib tersebut terjadi ketika Syekh Abdul Qadir al-Jilani belum lahir ke dunia dan masih berada di alam ruh. Namun ketika ia lahir dan beranjak dewasa, orang-orang menyaksikan dan membuktikan bahwa telapak kaki Rasulullah saw. benar berada di atas pundaknya.

Wallahu a'lam bishawab.

Manaqib Mbah Kyai Djazuli Utsman Ploso Mojo Kediri.Ngaji Ditengah Padang PasirSebuah pengingat bahwa Kisah Mbah Yai Zain...
03/01/2025

Manaqib Mbah Kyai Djazuli Utsman Ploso Mojo Kediri.

Ngaji Ditengah Padang Pasir

Sebuah pengingat bahwa Kisah Mbah Yai Zainuddin mojosari nganjuk yang populer a'lim dikalangan para ulama beliau menjuluki Mbah Djazuli dengan Julukan Blawong atau blawongnya mbah yai zainuddin.

Mendengar istilah Blawong *jawa*, pikiran kita akan berkelana mencoba mengilustrasikan Blawong itu apa sih...? Blawong adalah burung perkutut mahal yang bunyinya sangat indah dan merdu, terdapat di istana Kerajaan Brawijaya ada yang bilang milik Prabu Hayamwuruk.... Alunan suaranya mengagumkan, semua akan terpana tatkala Blawong sedang berkicau, seolah burung itu punya khrisma mistis yang luar biasa.

Julukan Blawong oleh KH. Zainuddin Mojosari disematkan kepada KH. Ahmad Djazuli Utsman bin Sahal, Ploso Mojo Kediri. Sebab menurut Guru KH. Wahab Hasbullah ini, kelak Mas'ud (nama kecil KH. Ahmad Djazuli) akan menjadi ulama besar, yang selanjutnya mencetak generasi-generasi yang unggul.

Banyak kisah dan kesaksian keluarga, para kyai, santri tentang kecintaan beliau terhadap ngaji, bahkan salah satu prinsip hidup yang ditanamkan adalah "afdholut thuruq ilallah thariqatut ta'lim wat ta'allum" (sebaik-baik tariqah menuju Allah adalah belajar dan mengajar). Bahkan ketika beliau menunaikan rukun Islam kelima, yakni perjalanan menuju Baitullah.

Selama di kapal uap inilah beliau gunakan nderes, ngelalar nadzaman "uqudul juman", kitab Balaghoh (sastra) karya Syekh Jalaluddin Abdurrahman Assuyuthi. Bagi beliau, tekun atau sungguh-sungguh (mempeng) adalah kunci utama.

Ibadah haji, sejak dari dulu adalah pilihan. Tidak semua orang bisa berangkat haji meskipun dia memiliki bekal yang sangat cukup. Belum lagi ujian tatkala tiba di Makkatul Mukarromah. Dimana, kala itu di tanah Hijaz terjadi perebutan kekuasaan oleh kelompok Wahabi yang diprakarsai Abdul Aziz As-su'ud.

Sesampainya KH. Ahmad Djazuli di Mekkah, beliau pergunakan untuk berguru kepada para ulama tanah hijaz hampir dua tahun. Bahkan beliau juga mengajar di kota suci ini. Akan tetapi kabar memburuknya situasi politik di Tanah Hijaz pada tahun 1922, membuat sedih dan resah KH. Djazuli. Peperangan pun tak terelakkan. Sehingga ada pemberlakuan hukum darurat perang, yakni seluruh warga asing harus menghentikan segala kegiatan, termasuk perjalanan Mekkah Madinah. Karena situasi seperti ini, pihak aparat pemerintah akan memulangkan secara paksa bagi warga asing ke asal negaranya.

KH. Djazuli tidak menyerah begitu saja, beliau bertekad untuk ziarah ke Madinah. Sebab selama beliau di tanah Hijaz belum sempat sowan ke Madinah. Akhirnya, beliau berjalan kaki dari Mekkah ke Madinah bersama 6 temannya. Mereka bertujuh membawa sedikit bekal sambil mengalungkan Guriba (kantong wadah air dari kulit kambing) dilehernya masing-masing.

Berjalanlah rombongan kecil ini melintasi hamparan padang pasir tandus, sejauh mata memandang yang tampak adalah lautan pasir, gunung-gunung batu yang terjal. Tak ada pohon rindang seperti di tepi pantai. Karena terik matahari mencapai 40°-55° C, sementara perbekalan air semakin menipis. Sungguh pemandangan yang sangat memilukan hati, apalagi bagi rombongan kecil yang berasal dari negara yang beriklim sedang.

Ciutkah nyali mereka? Tidak! Sebab tekad mereka untuk bertemu dan pamitan kepada Rasulullah sangat bulat. Meskipun jarak yang ditempuh mencapai 498 Km (hampir sama dengan jarak Surabaya-Tegal) mengakibatkan tubuh, kaki penuh luka. Dengan situasi, kondisi, serta cuaca yang sangat ekstrim.

Apabila panas telah menyengat, sekitar jam 11.00 siang, mereka istirahat di tempat yang saat itu dijumpai, kadang menemukan timbunan batu dilereng gunung, dan ada mata airnya (wadi). Namun bila tidak menjumpai tempat seperti itu, mereka berhenti dan tidur ditengah padang pasir. Digalinya padang pasir itu, lalu masing-masing memendam badannya sampai batas leher, hanya kepala yang kelihatan. Tujuannya agar tidak terserang Heat Stroke (penyakit akibat sengatan panas padang pasir).

Namun, kejadian yang paling mengagumkan adalah tetap ngaji ditengah kondisi seperti ini. Bila memungkinkan, mereka duduk melingkar dan memulai ngaji kitab Minhatul I'rob, tentang nahwu. Sayangnya, kitab ini rusak, akibat pinggiran kitab disobek untuk membungkus tembakau, sebagai pengganti bekal makanan yang semakin menipis.

Akhirnya, mereka bertemu suku Badui, dan mereka ditolong lalu dipersilahkan singgah di gubuknya. Disinilah, rombongan kecil ini ngisi bekal. Sementara itu, suku badui menyembelihkan kambing untuk menyuguhi KH. Djazuli beserta teman-temannya. Usaikah perjalanan itu?!

Rombongan kecil ini tetap melanjutkan perjalanan, hingga berjumpa dengan suku badui lainnya. Akan tetapi suku badui kali ini memiliki niat jahat, bermaksud merampok. Sebelum insiden terjadi, salah satu rombongan kecil ini berkata: "kami faqir-faqir dari tanah jawa akan berziarah ke makam Rasulullah." Badui-badui itu terketuk hatinya, malahan mempersilahkan istirahat dan memberi makan minum untuk rombongan ini.

Hari demi hari mereka lalui dengan terus berjalan dengan kondisi memprihatinkan, sandal jebol, kaki-kaki membengkak, surban dan celana pun disobek untuk alas kaki. Kini mereka tidak punya apa-apa lagi dibuat makan dan minum, saat itulah KH. Djazuli berkata kepada teman-temannya:" aku akan berdoa, kalian semua mengamini'.

Tak lama berselang, muncullah seorang berbaju putih memanggil dari kejauhan sambil berisyarat dengan tangan, orang itu mempersilahkan rombongan masuk gua. Selanjutnya disuguhi aneka makanan, minuman dan buah-buahan. Peristiwa ini terjadi berulang kali. Anehnya, setelah pamit berangkat melanjutkan perjalanan dan menoleh ke belakang, tempat yang disinggahi tadi hilang.

Tibalah rombongan kecil ini di kota Madinah sekitar jam 16.30, setelah sebulan lebih melewati ganasnya padang pasir. Hampir sebulan p**a mereka tinggal di Madinah, sebelum akhirnya ditangkap pemerintah kerajaan as- Saud dan dip**angkan ke tanah air. Konon setelah penangkapan, KH. Djazuli dipaksa p**ang lewat pengurusan konsulat Belanda. Petugas tidak memberi kesempatan untuk berkemas-kemas, pamitan atau mengurusi barang, dan kitab-kitabnya di Mekkah. Hanya kitab Dalailul Khairat yang terbawa p**ang. KH. Djazuli pun berdoa "saya pasrahkan kitab-kitab ini kepadaMU, Ya, Allah".

Menurut kisah yang saya ingat. Kitab Dalailul Khairat yang dibawa KH. Djazuli adalah kitab pemberian dari orang yang tidak dikenal. Anehnya, setelah di kros cek, orang yang memberikan kitab itu sudah meninggal 100 tahun yang lalu. Dia bernama Habibullah As-syinqithi. Namun menurut buku Sang Blawong Pewaris Keluhuran, dia bernama Ibrahim At-taimiy. Wallahu A'lam.

Dari kisah haji diatas, menegaskan bahwa haji bukanlah untuk senang-senang, bukan p**a untuk mengangkat strata sosial, belanja, cari oleh-oleh, ajang pamer. Akan tetapi ibadah haji adalah perjuangan. Ibadah yang menguras lahir batin dengan cucuran keringat seraya bertasbih, bertahmid hanya menggapai Ridlo Allah dan berjumpa Rasulullah. Alangkah malunya, bilamana bangga dengan status haji namun jiwa raga tetap jauh dari Allah dan Rasulullah.

KH. Djazuli p**ang dengan tanpa membawa oleh-oleh layaknya Pak Haji pada umumnya yang berwajah ceria memakai pakaian jubah, serban, bawa kurma dan air zamzam. KH. Djazuli p**ang ke tanah air dalam keadaan sakit, tidak dapat turun sendiri dari kendaraan, dikarenakan kakinya sobek, dan baju yang terkoyak. Beliau berangkat dan p**ang penuh derita. Akan tetapi dibalik itu semua, ayah dari Kyai Din, Kyai Dah, Gus Miek, Kyai Fuad, Kyai Munif dan Bu Nyai Badriyah ini telah meraih "oleh-oleh" yang sangat berguna, bermanfaat bagi keluarga dan masyarakatnya, yakni Haji Mabrur dan Ilmu agama (dari beberapa ulama hijaz) yang diajarkan kepada putra-putri dan santrinya sebagai bekal di dunia dan akhirat.
Puji syukur alhamdulillah kita mesih diberikan kesempatan untuk mencicipi manisnya ilmu beliau mengaji pada putera" beliau santri" beliau..
Alhamdulillah falhamdulillah tsumalhamdulillah..
Semoga kita benar" diakui santri" beliau mendapatkan ridlonya dan kelak dikumpulkan bersama beliau Aamiin
Mari membacakan alfatihah yasin dan tahlil di hari haul nya beliau.

Khushuson ila hadroti Simbah Kyai Djazuli bn Utsman bin Sahal
Alfatihah..

Masyaallah
03/01/2025

Masyaallah

Keluarga KH. Musleh Adnan.
03/01/2025

Keluarga KH. Musleh Adnan.

Abah guru sekumpul dan kedua putranya.
02/01/2025

Abah guru sekumpul dan kedua putranya.

Suatu ketika, saat Kiai Adlan sedang ngajar para santri, beliau melihat ada seorang santri yang terlambat datang dengan ...
02/01/2025

Suatu ketika, saat Kiai Adlan sedang ngajar para santri, beliau melihat ada seorang santri yang terlambat datang dengan bersijingkit seperti takut atau malu. Spontan Kiai Adlan menundukkan kepala dalam-dalam, sengaja memberi kesan kepada santrinya yang baru datang bahwa beliau tidak melihat keterlambatannya.

Kiai Adlan Aly merupakan santri kepercayaan Hadhratus Syaikh KH. M. Hasyim Asy'ari, bersahabat karib dengan salah satu santri kesayangan Mbah Hasyim yakni KH. M. Utsman bin Nadi al-Ishaqiy Jatipurwo Surabaya. Baik Kiai Adlan Ali maupun Kiai Utsman al-Ishaqiy keduanya berthariqah ke Kiai Romli Tamim Jombang, yang juga murid kesayangan Mbah Hasyim Asy'ari.

Makam Adipati Terung atau Pangeran Kusen. Makam ini terletak tepat di depan pintu masuk ke makam Sunan Kudus. Di sebelah...
02/01/2025

Makam Adipati Terung atau Pangeran Kusen.

Makam ini terletak tepat di depan pintu masuk ke makam Sunan Kudus.
Di sebelah barat makam Sunan Kudus juga terdapat beberapa makam Panembahan dan Pangeran Palembang. Ada beberapa makam Pangeran Palembang.

Sejarah

Raden Kusen dengan nama asli Raden Husain/ Kin San bergelar Adipati Pecat Tondo Terung, adalah Adipati Terung seorang panglima perang Kerajaan Majapahit Di Kadipaten Japan era Majapahit akhir. Ia merupakan saudara seibu (sebenarnya satu Bapak yaitu Prabu Brawijaya,dikarenakan Arya Damar saat itu masih belum dikaruniai putra lalu Raden Patah diasuh oleh Arya Damar ,yang pada akhirnya Raden Patah menjadi Pendiri Kesultanan Demak. Beliau seharusnya menggantikan Ayah angkatnya, Pangeran Arya Damar sebagai Adipati di Palembang, namun Beliau dengan saudaranya, Raden Patah memilih meninggalkan tanah kelahirannya di Palembang, dan pergi berpindah ke tanah jawa. Keturunannya, Sultan-Sultan Palembang merupakan pewaris sah dari Kadipaten Palembang.

Menurut Babad Tanah Jawi, Brawijaya V, (Raja Majapahit Terakhir) Mempunyai Banyak Selir, salah satunya Siu Ban Ci Puteri Tionghoa dari Kyai Batong (alias Tan Go Hwat), yang dicemburui oleh Sang Permaisuri Brawijaya, Ratu Dwarawati Puteri Champa. Brawijaya terpaksa memberikan/ menghadiahi Siu Ban Ci kepada adipatinya di Palembang, yaitu Arya Dillah. Arya Dillah mendapati Siu Ban Ci dalam keadaan Hamil hasil perkawinan dengan Brawijaya yang kemudian melahirkan anak yang diberi nama Raden Bagus Hasan yang dikemudian hari dikenal dengan Raden Patah. Lalu Arya Dillah menikahi Siu Ban Ci dan dikaruniai seorang anak yang diberi nama Raden Husain/ Kin San (yang sebenarnya Raden Husain atau Raden Kusen anak kandung Prabu Brawijaya juga.

Raden Husain dengan Raden Hasan pun memulai perjalanan merantau ke Tanah Jawa. Mereka singgah di Cirebon untuk menuntut Ilmu dengan Sunan Gunung Jati, Raden Kusen menikahi Puteri Sunan Gunung Jati bernama Nyai Mertasari dikenal juga dengan Nyaimas Ranggaluwung(bukan Ranggaluwung tetapi yang benar Nyai Mas Ranggawulung), (namun tidak beranak,dikarenakan Nyai Mertasari yang dikenal juga dengan Nyai Mas Ranggawulung rahimnya kering,sehingga mengangkat 2 orang anak dari istri Raden Kusen dengan Rara Asmara atau Rara Huning) dan dikaruniai 4 orang anak yang diberi nama Raden Surodirejo (Adipati Palembang I), Raden Santri (Pangeran Aryo Kesumo Cirebon),Ariyo Timbul,dan Ariyo Balitar. Raden Patah melanjutkan perjalanan untuk bertemu dan berguru dengan Sunan Ampel. sementara itu, Raden Kusen mengabdi kepada Raja Brawijaya,ayahanda kandung beliau.

Raden Kusen diberi tanah di Kadipaten Terung, sementara itu, Raden Patah membuka Perkampungan baru di Demak Bintoro, atas perintah Sunan Ampel. Mengetahui anaknya membuka Lahan Baru, Brawijaya memanggil Raden Patah ke hadapannya. Bukannya menghukumnya karena tidak memberikan Upeti, Raden Patah ditwari untuk menjadi Adipati Demak.

Setelah itu, terjadi pengkudetaan yang dilakukan oleh Girindrawarddhana kepada Brawijaya, Girindrawarddhana mengangkat dirinya sebagai Raja Majapahit dengan gelar Brawijaya VI. Semua Kadipaten pun harus tunduk dibawah kepemimpinan Brawijaya VI. Tidak dengan Raden Patah yang mengetahui bahwa Ayahnya dikudeta oleh Brawijaya VI, Raden Patah yang merasa dirinya paling berhak meneruskan Tahta Kerajaan Majapahit pun melepas kan diri dari Wilayah Kekuasaan Brawijaya VI, dan mendirikan Kesultanan Demak, Kerajaan yang bercorak Islam karena banyak Adipati Majapahit yang dikala itu sudah memeluk Islam atas Dakwah dari Para Walisongo dan atas Izin Allah Azza Wa Jalla.

Perang dengan Demak

Dimasa pemerintahan Raden Patah ing Kesultanan Demak, Raden Patah mengumpulkan pasukan yang dipimpin oleh Sunan Ngudung ayah dari Sunan Kudus untuk menyerang Ibukota Majapahit dan mengkudeta Brawijaya VI. Brawijaya VI menyiapkan pasukan yang dipimpin oleh Adipati Terung (Raden Kusen). Kedua pasukan bertemu di perbatasan di tepi Sungai Sedayu. Pada awalnya, kedua panglima memutuskan untuk saling berjauhan. Setelah 4 tahun tanpa kepastian, para pasukan merasa tidak puas dan mendesak Adipati Terung untuk memerintahkan penyerangan. Pasukan Majapahit pun menghancurkan pasukan Muslim, ditambah terbunuhnya Sunan Ngudung oleh tombak yang tertancap di bagian dada oleh Adipati Terung membuat Moral pasukan berkurang dan memaksa Pasukan Muslim untuk mundur. Setelah beberapa dekade, Raden Patah kembali menyiapkan pasukan yang lebih kuat dari serangan pertama, Adipati Terung pun kembali dipercaya untuk menjadi panglima karena kesuksesan sebelumnya, namun nasib tersenyum kepada Pasukan Majapahit dan Pasukan Muslim mengkocar kacirkan semangat luhur pasukan Majapahit, Adipati Terung (Raden Kusen) melarikan diri kearah Blambangan, dan Kesultanan Demak berhasil menaklukan Kerajaan Majaphit bertanda berakhirnya era Kerajaan Majapahit.

Bergabung dengan Demak

Setelah itu, Raden Kusen pergi ke Ibukota Kesultanan Demak untuk menyerahkan diri. Raden Patah menerima penyerahan diri Raden Kusen (sebenarnya bukan menyerahkan diri namun Raden Fatah atau Raden Patah atau Raden Hasan atau Raden Kasan menemui Raden Husain atau Raden Kusen untuk membantunya mengelola kerajaan Demak), dan memberikan Raden Kusen Tanahnya kembali di Terung, (Sekarang Sidoarjo), Raden Kusen pun meninggal dunia dan dimakamkan disana,namun Raden Kusen bangkit kembali karena sebenarnya Raden Kusen hanya mati suri (demi menghormati dan menjaga nama masyurnya Raden Patah kakaknya,sehingga mau dimakamkan).Setelah bangkit dalam kubur Raden Kusen pergi kedaerah yang sekarang disebut Sragen (bhumi Soekowati) untuk bertemu dengan Raden Joko Tingkir (cucu dari Prabu Brawijaya ,dan anak dari Prabu Handayaningrat Pengging) dan selanjutnya didharmakan (karena Raden Kusen adalah penganut yang taat Agama Dharmma (Syiwa-Buddha) disana (seperti janji Raden Kusen pada mendiang istrinya Dyah Ayu Gauri atau Dyah Ayu Hori, bahwa setelah meninggal Raden Kusen juga dikremasi/didharmakan), selanjutnya abu Raden Kusen dibawa ke Kriyan Mojokerto dan dicandikan disana.

Referensi
1. Babad Tanah Jawi

Syaikhina Maimoen Zubair menjelaskan bahwa bulan Rajab merupakan salah satu bulan yang sangat dimuliakan dalam Islam. Bu...
02/01/2025

Syaikhina Maimoen Zubair menjelaskan bahwa bulan Rajab merupakan salah satu bulan yang sangat dimuliakan dalam Islam.

Bulan ini termasuk dalam bulan-bulan haram (Asyhurul Hurum), yaitu bulan yang dihormati dan dilarang untuk berperang, sebagaimana firman Allah:

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ

"Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah adalah dua belas bulan, sebagaimana dalam ketetapan Allah sejak Dia menciptakan langit dan bumi. Di antaranya ada empat bulan haram." (QS. At-Taubah: 36)

Syaikhina Maimoen Zubair menyarankan agar umat Islam melaksanakan puasa selama sepuluh hari pertama bulan Rajab. Namun, jika tidak mampu, cukup berpuasa pada tanggal 1 dan 10, atau hanya tanggal 10 saja.

Beliau menjelaskan hikmah berpuasa pada tanggal 10 Rajab. Dalam sejarah, malam Jumat tanggal 10 Rajab adalah malam pertama pernikahan Abdullah dan Aminah, ayah dan ibu Nabi Muhammad Shollallohu Alaihi Wasallam. Pada malam itu, Allah meniupkan Nur Muhammad ke dalam rahim Aminah. Kelak, dari rahim tersebut lahirlah Nabi Muhammad Shollallohu Alaihi Wasallam di bulan Rabi'ul Awal.

Rajab telah dikenal sebagai bulan mulia bahkan sebelum Islam datang. Bulan ini digunakan untuk memperbanyak ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah. Setelah Islam datang, kemuliaan Rajab diperkuat dengan dijadikannya bulan ini sebagai salah satu dari empat bulan haram, yaitu:

1. Rajab
2. Dzulqa’dah
3. Dzulhijjah
4. Muharram

Kemudian, dengan datangnya Nabi Muhammad Shollallohu Alaihi Wasallam bulan-bulan yang dimuliakan bertambah menjadi tujuh bulan, yaitu:

1. Rajab
2. Sya’ban
3. Ramadan
4. Syawal
5. Dzulqa’dah
6. Dzulhijjah
7. Muharram

Syaikhina Maimoen Zubair mengaitkan hal ini dengan masa kehamilan Nabi Muhammad Shollallohu Alaihi Wasallam yang dimulai pada bulan Rajab dan berakhir pada bulan Rabi'ul Awal, yaitu sembilan bulan kemudian. Maka, berpuasa di bulan Rajab merupakan salah satu cara untuk meneladani kemuliaan Nabi Muhammad Shollallohu Alaihi Wasallam.

Amalan yang Dianjurkan di Bulan Rajab

1. Puasa Sunnah
Disunnahkan untuk berpuasa, terutama pada tanggal 10 Rajab.

2. Memperbanyak Ibadah
Rajab adalah waktu yang tepat untuk meningkatkan ibadah seperti shalat sunnah, dzikir, dan sedekah.

Sebagaimana sabda Rasulullah Shollallohu Alaihi Wasallam:

الصوم في شهر حرام أفضل، وأحب الصيام إلى الله صيام داود عليه السلام كان يصوم يوما ويفطر يوما

"Puasa di bulan-bulan haram adalah puasa yang paling utama, dan puasa yang paling Allah cintai adalah puasa Nabi Dawud, yaitu sehari puasa dan sehari berbuka." (HR. Bukhari dan Muslim)

3. Memperbanyak Istighfar

Salah satu amalan yang dianjurkan pada bulan Rajab adalah membaca doa berikut 70 x.

رَبِّ اغْفِرْ لِيْ وَارْحَمْنِيْ وَتُبْ عَلَيَّ

"Ya Rabb, ampunilah aku, rahmatilah aku, dan terimalah tobatku."

Semoga bermanfaat.

Oleh FB Kanthongumur

Address

Batangan
Bangkalan
69112

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Kisah Ulama posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Videos

Share

Category