30/04/2022
Dan hasil dari pemeriksa keperawanan kesya ternyata nihil.
Dia sudah tidak perawan, ibu nya yang tadi baik kepadanya sifatnya berubah secara drastis.
Tak tahu bagaimana hidupnya, Kesya nekat kabur dari rumah. Di rumah juga dia hanya di marahi, di pukul, dan di aniaya oleh ibunya sendiri. Karna ya, Ibu mana yang sudah tahu bahwa anaknya melepaskan keperawanan nya, dan tidak tahu siapa yang bertanggung jawab atas itu.
Pastinya, itu normal bagi ibu yang mengira anaknya anak baik, ternyata dia sudah hilang keperawanan.
Dan juga, teman masa kecil nya yang kini menjadi lelaki tampan Kesya malah mencampakan nya.
Kesya berencana untuk ke rumah Asta, tetapi dia melihan rumah Asta sudah di robohkan.
Dansekarang hari sudah malam, Kesya tidak tahu harus kemana. Lalu dia menelfon Kelvin.
Tuuuttt,
Tak ada jawaban dengan telfonnya.
“Csk, sial*n Kelvin! Udh ngambil keperawanan gua, dia juga ninggalin! Dasar, sampah!” ucap Kesya di tengah jalan yang sepi.
Dia melihat ada om-om di sebrang jalan, berjalan menuju Kesya.
“Hallo, gadis kecil? Kenapa kamu keliaran di malam hari?” tanya Om gendut
“Gak ngapa-ngapain, cuman di suru. Dan sekarang gua mau p**ang!” bentak Kesya.
Saat berbalik, tangan Kesya di ambil oleh Om itu.
Kesya menoleh dan melihat wajah Om itu, Om menyeringai dengan tatapan mes*m di wajah nya.
“Mau, ikut om gk? Ke hotel loh, dan di sana bisa tidur dengan enak” raut wajah Om menunjukan bahwa masalah besar akan terjadi.
Kesya juga bukan anak yang bodoh, dia langsung menolak tawaran Om itu, dan bergegas untuk berjalan. Tapi karna tanganya di pegang dia tak bisa apa-apa.
“Lepasin gak!” teriak Kesya
“Sudah lah, gadis cantik. Temenin om aja, yah”
“Minggir lu bang*at!”
Tak peduli berapa kali Kesya menggertak Om itu, dia tidak bisa lepas.
Saat dia ingin menyerah, datang seseorang dari balik bayang-banyang.
“Hallo, apa aku menganggu kalian?” ucap orang itu.
Serentak, Om dan Kesya menoleh ke arah suara itu. Dan di temukan Asta berdiri di samping lampu jalan.
“Kenapa nak? Apa dia pacar mu?” tanya Om itu dengan senyum mes*m
“Bukan, memang kenapa Om? Apa dia menjual diri?” balas oleh Asta
“Asta! Tolong!” teriak Kesya.
Namun, Asta hanya menjawab. "Tak apa, dia itu la*ur jadi mungkin dia bakalan s**a dengan, Om” dan meninggalkanya.
Kesya, mendengar kata-kata itu dari mulut Asta. Dia sudah kehilangan Arah hidup. Matanya kosong sepenuhnya dan wajahnya tanpa eskpresi.
“Ha ha ha” Om itu tertawa keras.
“Gadis cantik, sekarang mari kita bersenang-senang” ucap Om dengan seringai di wajahnya.
Tak mengangguk, ataupun melawan. Kesya hanya berdiri dengan tangan di pegang oleh Om-om.
“Sepertinya, aku berubah pikiran, Om,” Asta kembali
“Ada apa, nak? Apa kau juga ingin gadis ini? Kita bisa bermain berdua, haha” tertawaan, dan senyuman mes*um di keluarkan Om itu.
“Bukan, Om, boleh kan, kalo aku memegangnya juga?”
Asta mendekat, kepada Kesya.
Dia melepaskan tangan Kesya dari Om-om dan berlari menuju apartemen nya.
Om gendut itu sempat berlari dan mengejar, tapi karna lemak di tubuh nya, dia tak bertahan lama.
Kesya masih kosong sepenuh nya.
Sebenarnya, Asta masih memiliki rasa kepada Kesya, karna dia adalah orang yang Asta cintai 16 tahun.
Mereka berdua masuk ke apartemen Asta. Dan di sana tidak ada siapa-siapa.
“Kesya, lu duduk dulu” perintah Asta
Kesya tidak bergerak sama sekali, dan hanya melihat kebawah.
Asta memaksa, lalu mendudukkanya di kursi.
Asta membawa makanan dan meletakan nya di hadapan Kesya.
Kesya masih menatap dengan kosong. Dia hanya bengong.
Asta tak punya pilihan lain, Asta menyuapinya.
Se sendok, dua sendok, dan seterusnya hingga habis.
Memberi Kesya minum.
Asta mengambil nafas dan menghembuskan nya.
“Kesya? Lu sadar?” tanya Asta
Sekali lagi dia mengambil nafas dan menghembuskan nya.
“Gak sadar, ya? Ya udh meu gimana lagi”
Dengan begitu, Asta membawa Kesya ke kasur dan menidurkanya. Sedangkan Asta tidur di ruangan tamu di sofa.
Asta menutup mata, dan kehilangan kesadaran.
-----------
«Berat? Ini ada apa?» gumam Asta yang sedang tidur.
«ketindihan? Gak, gak mungkin lagian beratnya hanya di sekitar—»
Setelah memikirkan itu, Asta langsung membuka matanya.
Dia melihat, Kesya yang tel*nj*ng ada di atas perutnya.
“Kesya! Lu ngapain?!”
Kesya acuh gk mendengarkan Asta.
“Oi! Sadar Kesya!”
Asta menampar Kesya dengan tanganya, dan Kesya menangis.
“Hiks”
“K-Kesya? gua minta maaf,”
“Kenapa sih?”
“A-apanya?”
“Kenapa lu nyelamatin gua saat gua ada di posisi gitu?! Napa! Hah?! Gua emang pel*cur seperti yang lu bilang!(Hiks)” seru Kesya
“Tenang, tenang dulu. Gu-gua bisa jelasin” ragu Asta
“Jelasin apa? Lu mau bilang lagi gua gak layak hidup?!(Hiks) atau lu nganggep gua apa?! Serangga gak guna?!(Hiks)”
Kesya, dia di penuhi oleh depresi, Sakit hati, trauma, dan ketakutan.
Asta yang melihatnya, menjadi kesihan kepada Kesya.
Asta nemepuk kepalanya, dan berkata "sudah, jangan menangis,"
Seketika, bayangan saat masa kecil terbayang oleh Kesya.
Dia mengingat, bahwa Kesya pernah jatuh dan di bantu oleh Asta.
Asta menepuk kepalanya dan mengatakan hal yang sama pada saat itu.
Kesya enangis dengan keras. Membungkuk di atas Asta.
Asta mencoba menenangkanya dengan memeluk Kesya.
Kemudian, sekitar 10 menit. Kesya tenang.
“Asta, apa lu inget masa kecil kita?” tanya Kesya.
“Bisa gak lu pake baju dulu? Dan menyingkir di tubuh gua, gua kesemutan”
Kesya malu, dan buru-buru mengambil bajunya lalu mengenakanya.
Asta bangun dan duduk di sofanya.
“Ya udh, sini (menunjuk ke samping nya) duduk di sofa” ucap Asta.
Kesya mengangguk dan berjalan dan duduk di samping Asta.
“Jadi?” tanya Asta
“Jangan tanya ke gua, gua hanya pel*cur” balas Kesya dengan senyuman.
Tiba-tiba telfon Asta bergetar.
Aurel menelfonnya.
“Ah, diam bentar. Aurel nelfon”
Asta mengangkat telfon.
“Hallo? Asta lu bisa temenin gua? Gua gak bisa tidur”
“Temenin? Bukanya ini udh malam? Lu mau kemna?”
“Gua mau ke apartemen lu, dan lu jangan nolak!” seru Aurel
Asta berkeringat dingin mendengar kunjungan Aurel yang mendakak.
“T-tapi, A—”
“Gak ada tolakan! Gua kesana sekarang!”
“Tunggu! Gua punya permintaan, bolah kan rel?” tanya Asta dengan ragu.
“Apa? Gua dengerin”
“Lu kurang pembantu, kan?”
“Iya, Emang kenapa?”
“Gua mau memperkerjakan Kesya, mantan gua. Boleh gk?”
“Hah?! Gua mending memperkerjakan orang gila dari pada dia!” ucap marah Aurel
Kesya yang mendengarnya hanya bisa terkejut dan pasrah.
“Gua kasian lama-lama ke dia, boleh ya?”
“Kenapa lu jadi bengini, Asta? Apa terjadi aesuatu antara lu dan Kesya?” tanya Aurel.
“Sejujurnya, Ya. Setelah lu kesini gua akan ceritain”
“Hah~ lu ini, ya udh, tunggu gua ya.”
Telfon fi tutup, Kesya yang melihanya. Memasang raut wajah Cemas.
Tapi Asta tersenyum tulus kepadanya.
Setelah Aurel datang ke apartemen Asta, dia melibat ada sepatu cewe di tempat sepatu apartemen Asta.
“Asta, apa ada tamu!?” teriak Aurel
Tanpa peringatan, Aurel datang ke ruang tamu dan melihat Aata dan Kesya duduk berdampingan.
...............