05/09/2023
MENGAWALI KEGIATAN BKSN TINGKAT SEKOLAH DENGAN IBADAT SABDA
Civitas Akademika SMAS Katolik Regina Pacis Bajawa membuka BULAN KITAB SUCI NASIONAL TINGKAT SMAS KATOLIK REGINA PACIS BAJAWA dengan mengikuti ibadat sabda bersama di lapangan sekolah, pada Senin (4/9/2023) yang dipimpin oleh Fr. Kornelius Afran Guru.
Sebelum ibadat dimulai, Civitas Akademika Recis menerima Tim Voli secara meriah. Dari pintu gerbang, Tim Voli diterima dengan tarian ja'i dan di antara menuju lapangan sekolah.
Perlu diketahui Tim Voli Recis berhasil menjuarai Open Turnamen Voli Kecamatan Aimere, Kabupaten Ngada 2023.
Dalam sapaan singkatnya, Kepala Sekolah Hendrianto Emanuel Ndiwa mengucapkan syukur, proficiat dan terima kasih.
"Syukur atas kemurahan Tuhan sehingga Tim Voli boleh maraih juara dan kita semua patut bersyukur tanpa henti. Proficiat tuk Tim Voli, pelatih dan guru pendamping atas dedikasi yang luar biasa. Terima kasih tuk para guru dan pegawai, orang tua dan panitia penyelenggara. Mari kita semua terus berjuang dan bersyukur tiada henti. Dalam syukur kita akan memahami arti sebuah perjuangan. Arti sebuah kesuksesan. Arti sebuah kegagalan," ungkap Herdin.
***
Sementara Fr. Kornelius memulai renungan dengan sebuah kisah yang sangat inspiratif.
Para bapak dan ibu guru, para siswa-siswi, sama saudara dan saudari, segenap Civitas Akademika Regina Pacis Bajawa yang terkasih dalam Kristus. Selamat pagi dan selamat memasuki Bulan Kitab Suci Nasional (BKSN) untuk kita sekalian.
Barangkali ada yang sudah mendengar cerita ini. Suatu ketika dalam pelajaran agama, seorang guru bertanya kepada murid-muridnya. Menurut kalian, siapa itu Tuhan? Serentak muncul jawaban yang beragam dari para murid di kelas itu. Ada yang mengatakan Tuhan itu Maha Kuasa, Tuhan itu pencipta langit dan bumi, Tuhan itu Maha tahu dan masih banyak lagi.
Selang beberapa menit kemudian, seorang siswa di pojok kelas itu dengan sedikit malu-malu mengangkat tanganya dan berkata.
“Menurut saya, Tuhan itu pemulung”.
Serentak suasana kelas itu menjadi ribut sekali karena sebagian besar siswa menertawakan jawaban anak itu. Akhirnya sang guru pun penasaran. Ia bertanya kepada muridnya. Sebut saja namanya Dorus.
“Dorus, kenapa kau bilang Tuhan itu pemulung?” tanya gurunya.
Dengan mata yang berkaca-kaca dan sedikit gemetar, Dorus pun mulai bercerita.
“Bapak saya itu pemulung”. Waktu saya berumur 3 hari, dia mendapati saya di tempat pembuangan sampah. Ia membersihkan saya dengan penuh kasih, merawat saya dengan penuh cinta, dan membesarkan saya hingga saat ini. Sontak suasana kelas itu menjadi hening. Tidak sedikit yang meneteskan air mata.
Para guru dan sesama saudara dan saudari yang terkasih dalam Tuhan. Jawaban para murid berkaitan dengan pertanyaan tentang Tuhan menampilkan dua aspek penting yakni pengetahuan akan Tuhan dan pengalaman akan Tuhan. Sebagian besar dari para murid memberikan jawaban berdasarkan pengetahuan mereka tentang Tuhan. Namun demikian, Dorus memberikan jawaban berdasarkan pengalamanya tentang Tuhan yang hadir melalui pengalamanya bersama sang ayah. Bahwasannya kasih dan kebaikan Allah itu sungguh hadir dalam diri bapaknya. Lantas pertanyaan buat kita adalah apakah dalam hidup ini kita sungguh mengalami Allah? Apakah kita sungguh memancarkan kasih Allah bagi sesama yang susah dan membutuhkan pertolongan? Waktu teman dan tetangga sakit, kita ada di mana? Waktu orang membutuhkan pertolongan, apa kita tergerak oleh rasa belas kasihan untuk menolong? Atau jangan-jangan dalam hidup, kita hanya mengetahui Allah tetapi tidak mengalami serta menghadirkan kasih-Nya bagi sesama.
Para guru dan para siswa yang terkasih dalam Tuhan. Kasih dan kebaikan Tuhan dalam hidup manusia seringkali terungkap dalam hal kecil dan sederhana. “Ketika Aku lapar kamu memberi Aku makan, ketika Aku haus kamu memberi Aku minum, ketika Aku telanjang kami memberi Aku pakaian, ketiak Aku sakit kamu merawat Aku.” Dengan demikian, kasih dan kebaikan Tuhan dapat kita alami secara sempurna ketika kita punya panggilan untuk terlibat dalam penderitaan sesama yang membutuhkan bantuan dan pertolongan.
Segenap Civitas Akademika SMAS Katolik Regina Pacis Bajawa yang terkasih dalam Kristus. Tema BKSN tahun ini adalah Allah sumber kasih dan keselamatan. Bacaan Injil yang sudah kita dengarkan mengungkapkan bahwa kehadiran Yesus di dunia menggenapi nubuat Nabi Yesaya. Yesus datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani orang-orang kecil, orang-orang miskin dan sederhana. Ia datang untuk memberikan pembembasan, memberikan pengelihatan kepada orang-orang buta, dan membembaskan orang-orang yang tertindas. Dengan demikian, kehadiran Yesus di dunia sungguh menampilkan hakekat ke-Allahannya sebagai kasih. Allah adalah kasih. Deus Caritas Est.
Bapak/ibu guru dan para siswa yang dikasih Tuhan. Kasih Allah hanya bisa dialami apabila kita sungguh bersikap rendah hati dan tidak sombong. Mengapa? Karena hanya orang rendah hati yang senantiasa menyadari keterbatasan diri sehingga selalu mengandalkan Tuhan dalam setiap tugas dan pelayanannya. Orang sombong selalu menganggap diri hebat dan lupa bahwa segala hal baik yang terjadi dalam hidupnya berasal dari Tuhan. Ingat, Tuhan itu pokok anggur. Kita adalah ranting-rantingnya. “Akulah pokok anggur dan kamu adalah ranting-rantingnya. Ranting hidupn kita hanya dapat berbuah sejauh kita melekatkan diri pada Dia Sang Pokok, sebab di luar Dia, kita tidak berbuah apa-apa.
Maka dari itu, sebelum mengakhiri permenungan ini kurang lebih ada dua pesan yang ingin saya sampaikan kepada kita semua. Dengan harapan dapat menjadi bekal untuk merenungkan serta menghayati BKSN tahun ini.
Pertama, dalam setiap tugas dan pekerjaan kita, hendaknya kita menjadi pelayan sejati seperti Yesus yang datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani. Jangan jadi seperti seorang aktivis. Lantas apa bedanya seorang aktivis dengan pelayan sejati? Seorang pelayan sejati menyediakan panggung untuk Tuhan, sedangkan seorang aktivis menyediakan panggung untuk dirinya sendiri. Semoga berkat bantuan Roh Kudus, kita mampu melayani Tuhan dalam setiap tugas dan pelayanan kita masing-masing. Entah sebagai guru, siswa, dan orang tua.
Kedua, jadilah Kitab Suci yang hidup melalui kesaksian hidup kita masing-masing. Semoga hidup dan karya kita di sekolah, rumah, dan lingkungan sungguh mencerminkan wajah Allah yang penuh kasih. Semoga kita juga dapat menjadi duta kasih Allah yang dapat menyalurkan rahmat keselamatan bagi sesama di tengah lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat. Amin.