20/08/2024
DARI LIBUNIO KE UI SALEMBA
[Catatan Harian Mahasiswa Paska-sarjana]
Sebagai bentuk pertanggungjawaban pribadi dan ungkapan syukur serta terima kasih kepada rakyat Indonesia melalui Lembaga Pengelola Dana Pendidikan/LPDP Kementerian Keuangan RI yang telah memberi saya kesempatan berharga untuk melanjutkan pendidikan paskasarjana di Universitas Indonesia (UI), saya mau membagikan catatan harian saya di halaman ini. Catatan berisi pengalaman harian saya sebagai mahasiswa paska-sarjana yang sebagian besar bersifat personal & sebagiannya lagi bersifat publik-akademis.
Catatan ini sebetulnya sudah mulai ditulis sejak tanggal 31 Juli 2024. Namun, baru pertama kali di-posting sekarang. Selanjutnya, akan diusahakan untuk dibagikan setiap bulan.
Dorongan utama saya membagikan pengalaman pribadi ini adalah bahwa kita para pemuda punya hak dan kesempatan yang sama untuk mengenyam pendidikan tinggi di kampus-kampus terbaik di negeri ini atau bahkan kampus-kampus unggulan di luar negeri. Kabar baiknya, Negara kita punya modal untuk itu: melalui LPDP. Hanya satu saja modal kita: kemauan, kerja keras, dan sikap rendah hati untuk terus belajar. Prinsip filosofis sokratiknya adalah semakin kita tahu, kita akan semakin tahu bahwa kita tidak tahu apa-apa. Semoga bermanfaat dan selamat membaca!
Kamis, 1 Agustus 2024
Hari pertama masuk kuliah! Sebetulnya diawali dengan pengalaman yang jelek: tidak bisa tidur dari malam sampai pagi. Cuaca panas ekstrem plus serangan nyamuk dan kondisi pengapnya kos sungguh tidak tertahankan. Tapi, tak apa-apa. Bangun pagi seperti biasa dan mulai menyiapkan diri untuk kuliah.
Saya berangkat ke Kampus tepat pukul 08.00 WIB. Mampir sebentar di pinggir Jalan Salemba Tengah untuk sarapan nasi uduk plus telur bulat dan kawan-kawannya, kemudian bergegas ke Kampus untuk menyerahkan berkas-berkas registrasi ke bagian akademik MPKP UI.
Untuk pertama kalinya, saya mengikuti Kelas Pembekalan Mahasiswa Baru MPKP yang dibawakan secara menarik oleh Yusuf Sofyandi, M.Sc, seorang dosen muda yang cerdas. Materinya adalah Analisis Kuantitatif di mana di dalamnya kami mempelajari Matriks dan aplikasinya dalam dunia kerja. Kelas dibuka dengan perkenalan dari para mahasiswa. Sama seperti kawan-kawan lain, saya diminta menjelaskan latar belakang pendidikan dan alasan memilih MPKP. Saya menjelaskan bahwa alasan saya memilih MPKP sekurang-kurangnya ada dua, yaitu pertama, ilmu Filsafat mempelajari hal umum dan abstrak dan saya ingin mempelajari bidang ilmu yang lebih khusus, kedua, sesuai latar belakang pekerjaan sebagai PNS, saya ingin mempelajari kebijakan publik ditinjau dari illmu ekonomi.
Usai Kelas Pembekalan, saya dan beberapa kawan yang tergabung dalam Kelas B santap siang di Kantin Kampus. Sambil makan, kami ngobrol banyak hal. Bobot materi obrolan selain terkait ekonomi juga menyangkut program Keluarga Berencana yang pada alasan tertentu dibicarakan karena saya memperkenalkan diri sebagai pegawai BKKBN, yang tentu saja tidak terlalu tepat karena saya adalah seorang PNS daerah yang berdinas di Kabupaten Ngada. Di sela-sela obrolan, beberapa kawan mempersoalkan latar belakang pendidikan saya sebagai seorang sarjana filsafat yang nekat memilih kuliah ekonomi pada strata paskasarjana. Mereka berpendapat bahwa terdapat hubungan yang jauh sekali antara filsafat dan ekonomi. Masuk salah kamar, demikian istilah yang pas untuk menggambarkan keheranan saudara-saudara baru saya ini. Saya secara pribadi tidak menyanggah pendapat mereka dengan argumen yang serius. Saya hanya mengatakan, philosophia est mater scientiarum, filsafat adalah ibu dari segala ilmu. Kemudian obrolan menjadi semakin hangat karena salah seorang kawan yang berlatarbelakang pendidikan ekonomi ternyata s**a membaca buku-buku filsafat. Obrolan pun berpindah ke topik filsafat ilmu yang segera disambung oleh salah seorang kawan yang memegang gelar sarjana psikologi. Obrolan singkat kami tiba pada kesimp**an kecil bahwa filsafat yang sudah melahirkan sekian banyak cabang ilmu pengetahuan yang sudah mengalami spesialisasi sejak Abad Pencerahan tetap relevan untuk mengkritik perkembangan ilmu itu sendiri dan sekaligus mempertahankan dirinya sebagai satu-satunya ilmu yang punya wewenang untuk mempertanyakan segala sesuatu secara radikal semata-mata karena cinta akan kebenaran, cinta akan kebijaksanaan aka Philosopia, Philos arrtinya cinta, Sophos artinya kebijaksanaan.
Pulang dari kampus, saya segera mensurvey ulang kos-kosan yang ada di sekitar Salemba Tengah. Pengalaman semalam sungguh menyiksa dan membuat diri ini tidak nyaman. Sempat bersepakat dengan salah satu pengelola kos, saya kemudian memutuskan kos di Jalan Paseban Timur, Gang 14, RT013/RW03, Kelurahan Paseban, Kecamatan Senen, Jakarta Pusat. Sebelum malam tiba di peraduan, saya jalan kaki keliling mengitari Jalan Paseban Raya – Jalan Salemba Raya – Jalan Salemba Tengah. Terberkatilah malam ini!
Jumat, 2 Agustus 2024
Tidur nyenyak di kos baru yang ber-AC, saya bangun dalam keadaan bugar mempersiapkan diri untuk mengikuti kelas pembekalan. Sekali lagi saya mampir di PKL yang menjual nasi uduk plus telur bulat. Penjualnya adalah seorang wanita paruh baya dan neneknya. Mereka ramah sekali.
Tiba di kampus tepat pukul 08.30 WIB, tampak beberapa mahasiswa sudah lebih dulu duduk di dalam kelas. Ada yang asyik ngobrol, ada p**a yang serius memelototi laptop: mungkin sedang membaca bahan kuliah kemarin atau hari ini. Dosen pengajar hari ini adalah S. Dono Iskandar, M.Sc, seorang dosen muda yang seringkali mengucapkan lelucon saat membawakan materi kuliah. Materi yang diajarkan adalah mikroekonomi. Di dalamnya kami antara lain mempelajari mekanisme pasar dan equilibrium suplay dan demand dalam pembentukan harga barang dan jasa.
“Indahnya Ekonomi adalah bisa mencocokan logika dengan geometri,” ucapnya suatu ketika.
Usai kuliah, saya dan beberapa kawan mampir lagi di Kantin UI. Kondisi kantin tidak seramai kemarin. Saya pesan nasi ikan dan sayur. Obrolan saya dan kawan yang bekerja di Kementerian Keuangan RI saat makan adalah mengenai rencana tema tesis yang dikerjakan. Saya mensharingkan rencana saya untuk menulis tesis tentang dampak program Kampung KB terhadap masyarakat desa di Kabupaten Ngada. Beliau memberi mas**an agar saya memperhatikan ketersediaan data dan alat yang dipakai untuk mengukur dampak kebijakan tersebut. Juga relevansi tema tesis dengan profil lulusan MPKP. Sebetulnya alasan utama saya memilih tema di atas adalah bersesuaian dengan pekerjaan saya sebelumnya di Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Ngada yang antara lain mengurus program Kampung KB di tingkat kabupaten. Rencana tema tesis ini sudah saya pikirkan sebelum memulai studi di sini. Namun, ke depan, saya mungkin akan menyesuaikan tema tesis berdasarkan input yang saya terima dari para dosen selama proses perkuliahan.
Sore hari, saya jalan-jalan mengitari Jalan Paseban Raya – Salemba Tengah – Kramat Sawah – Salemba Raya – Salemba Tengah – Paseban Timur. Itu berarti rute jalan terputar 100 derajat. Hal yang menyedot perhatian saya sepanjang jalan adalah kondisi perumahan kaum miskin kota yang kumuh. Rumah yang satu dengan lainnya tampak berdempetan dan berukuran relatif mungil. Tampak juga sebuah aliran sungai kumuh yang membelah Salemba dari ujung selatan sampai utara. Air sungai berbau dan kotor. Saya belum sempat mewawancarai warga setempat untuk menanyakan kondisi kehidupan mereka sehari-hari. Suatu saat saya pasti kembali ke tempat ini untuk bercakap-cakap dengan mereka. Sementara itu, kontras yang saya perhatikan adalah adanya bangunan rumah mewah bertingkat dan bangunan-bangunan megah lainnya. Di jantung ibu kota ini, saya menemukan secara sangat telanjang apa yang dirisaukan para kritikus tentang ketimpangan sosial ekonomi. Di satu sisi, ada sebagaian kecil orang tinggal di rumah mewah, sedangkan di sisi lain, sebagian besar orang harus hidup di atas tempat tinggal kumuh dan kecil. Sistem ekonomi macam mana yang sedang dijalankan sekarang sehingga menghasilkan ketimpangan yang begitu nyata?
Sabtu, 3 Agustus 2024
Hari libur, hari baru, semangat baru! Pagi ini, saya jogging dengan rute Jalan Salemba Tengah – Jalan Salemba Raya – Jalan Pramuka, Jakarta Pusat. Suasana ibu kota tidak seramai hari-hari kerja. Dalam perjalanan p**ang jogging, saya singgah di halaman Kantor Perpustakaan Nasional Republik Indonesia di Jalan Salemba Raya, Jakarta Pusat. Satpam yang bertugas memberitahu saya bahwa gedung perpustakaan ini hanya digunakan untuk aktivitas perkantoran. Jika mau membaca buku, maka saya harus ke Perpustakaan Nasional yang beralamat di Jalan Medan Merdeka Selatan, Kecamatan Gambir, Kota Jakarta Pusat. Suatu waktu saya pasti ke sana.
Saya kembali ke kos, membersihkan kamar, mandi, menulis catatan ini, dan mulai membaca materi-materi kuliah Kelas Pembekalan selama seminggu kemarin. Saya mesti belajar dua kali lebih keras dari kawan-kawan sekelas karena ketinggalan 3 hari Kelas Pembekalan. Betapa ruginya saya karena dalam 3 hari tersebut telah dibahas tema-tema menarik yang menjadi dasar ilmu ekonomi, yaitu makroekonomi dan mikroekonomi. Bagi kawan-kawan berlatangbelakang sarjana ekonomi, tema itu mungkin sudah sangat familiar. Namun, bagi saya yang berlatarbelakang sarjana filsafat dengan background pendidikan menengah atas Ilmu Pengetahuan Alam, dasar-dasar ilmu ekonomi hanya saya pelajari pada saat duduk di bangku SMP. Jadi, tema-tema di atas bagi saya baru tetapi sangat menarik.
Pada sesi jam belajar pertama, saya mempelajari kembali materi “Introductions to Macroeconomics” yang dipresentasikan oleh Octalira Safitri, M.Sc. Di dalamnya saya mempelajari definisi ekonomi yang mencakup istilah-istilah kunci seperti scarcity, opportunity cost, dan tradeoffs. Juga dipelajari ulang terkait circular flow yang menggambarkan aliran melingkar pendapatan dan pengeluaran yang dilakukan dari setiap unsur pelaku ekonomi mulai dari rumah tangga yang membeli barang dan/atau jasa dari perusahaan yang membutuhkan faktor-faktor produksi seperti tenaga kerja, tanah, dan modal untuk memproduksi barang dan/atau jasa tersebut. Sebagai gantinya, perusahaan membayar gaji karyawan yang seterusnya menghabiskan pendapatannya tersebut untuk membeli barang dan/jasa yang menjadi kebutuhannya sehari-hari. Akhirnya, dibaca lagi konsep-konsep kunci makroekonomi yang terdiri atas output growth, enemployment rates, siklus bisnis dan lain-lain.
Break belajar, saya menemui Ketua RT 013 untuk lapor diri sebagai warga baru sekaligus meminta Surat Keterangan Domisili dengan membawa Kartu Tanda Penduduk (KTP). Surat ini penting untuk diunggah di e-Beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan RI untuk mengklaim Dana Kedatangan. Setelah mengisi identitas diri di formulir surat keterangan, saya pamit p**ang ke kos. Pak RT sendiri langsung membawa surat itu ke. Saya cukup terkesan dengan pelayanan Pak RT ini. Terima kasih, Pak RT!
Pada malam hari, saya kembali isi waktu dengan belajar sesi kedua. Kali ini, saya hanya membaca secara sambil lalu materi-materi terkait pengukuran output nasional dan pendapatan nasional (Produk Domestik Bruto), permintaan agregat, penawaran agregat (inflasi dan pengangguran), dan uang dalam perekonomian modern. Walaupun banyak hal yang tidak saya pahami, saya s**a dengan uraian materi-materi ini. Dalam materi tentang uang, misalnya, juga disinggung sedikit tentang Bitcoin, suatu mata uang digital yang sedang populer di kalangan kaum milenial dewasa ini. Saya secara pribadi pernah membeli Bitcoin pada tahun 2021 ketika mengikuti program English Language Training Assistance (ELTA) di Kupang. Pada tahun 2023, saya menjual Bitcoin karena harganya yang sudah naik tinggi. Besok, saya akan mencoba mendalami lagi materi-materi menarik di atas.
“Jika kita berhenti belajar, kita akan mati berkali-kali walaupun masih hidup,” ungkapan itu selalu terngiang di telinga saya.
Minggu, 4 Agustus 2024
Hari ini saya bangun kesiangan. Rencana untuk mengikuti perayaan Ekaristi di Gereja belum terlaksana karena belum tahu lokasi. Setelah merapikan tempat tidur dan mandi sekedarnya, saya belajar sesi pertama terkait materi pengukuran output nasional dan pendapatan nasional. Beberapa hal yang saya pelajari adalah pengertian Gross Domestic Product (GDP) dan nilai tambah (value added). Saya juga mencoba hitung nilai tambah dan GDP dari contoh soal sederhana yang diberikan.
Setelah makan siang, saya belajar sesi kedua. Kali ini, materi yang dipelajari adalah pendekatan perhitungan GDP, yang terdiri atas pendekatan produksi atau pendekatan output, pendekatan pengeluaran, dan pendekatan pendapatan.
Usai belajar, saya jogging. Kali ini rute yang ditempuh adalah mengitari tiga kelurahn sekaligus, yaitu Kelurahan Paseban, Kelurahan Kenari, dan Kelurahan Kramat. Angin yang segar membuat Jakarta semakin asyik untuk ditelusuri di senja hari. Saya melewati beberapa gedung besar antara lain kantor pusat Nahdlatul Ulama (NU), Kementerian Dalam Negeri, Komisi Yudisial, dan yang paling penting Gereja Katolik St. Vincentius, tempat di mana saya bisa berbakti kepada Dia sang empunya kehidupan. Di dekat Pasar Senen, saya mengunjungi toko buku jalanan. Tampak beberapa novel yang langsung mencuri perhatian saya: Tetralogi Bumi Manusia Pramoedya Ananta Toer. Namun, saya hanya membeli dua buku ekonomi karangan N. Gregory Mankiw dkk masing-masing berjudul “Pengantar Ekonomi Makro: Principles of Economics” dan “Pengantar Ekonomi Mikro: Principles of Economics” Edisi Asia Volume 2 seharga Rp185.000,00.
Pada malam hari, saya belajar sesi ketiga. Salah satu pengalaman belajar menarik pada sesi ini adalah saya mencoba menghitung Consumer Price Index (CPI) atau Indeks Harga Konsumen dan tingkat inflasi di Excel. Selalu ada kepuasan batin karena kemenangan kecil menyelesaikan soal yang bagi sebagian besar orang mudah, tetapi bagi saya cukup menantang. Saya menyebut pengalaman itu: EUREKA MINI.
Senin, 5 Agustus 2024
Saya kembali mengikuti kelas pembekalan Minggu kedua. Hari ini kami belajar lagi tentang Makroekonomi. Dosennya adalah Octalira Safitri, M.Sc. beberapa pokok materi yang dipelajari, yaitu penawaran agregat: inflasi dan pengangguran, uang dalam perekonomian modern, uang, tingkat bunga, dan pendapatan nasional, keterbukaan ekonomi, dan neraca pembayaran. Cukup sulit bagi saya yang berlatarbelakang bukan sarjana ekonomi. Tapi, kesadaran bahwa materi itu sulit adalah sesuatu yang baik karena merupakan awal bagi saya untuk belajar lebih tekun.
“Ekonomi yang handal adalah ekonomi di mana pengambil kebijakan dapat menjaga ekspektasi atau kepercayaan. Inflasi bergantung pada ekspektasi. Jika orang percaya barang naik, harga akan benar-benar naik. Tugas pemerintah adalah menenangkan rakyat,” kata Mbak Rara, demikian dosen wanita berjilbab ini biasa disapa.
Usai kuliah, saya dan B**g Panji berencana untuk menghabiskan waktu di Perpustakaan Nasional RI di Jalan Medan Merdeka Selatan. Rencana itu urung terwujud karena saya belum punya Kartu Uang Elektronik yang biasa digunakan untuk membayar tarif KRL dan Bussway. Stok Kartu e-money habis baik di Stasiun UI Salemba maupun di gerai-gerai Alfamart terdekat. Kami kemudian membeli kartu tersebut di Stasiun Kramat. Setelah itu, saya singgah di kos B**g Panji yang ternyata mengkoleksi banyak buku dengan beragam tema, yaitu ekonomi dan sastra. Salah satunya novel Gabriel Garcia Marquez. Saya kemudian meminjam buku Gregory N. Mankiw berjudul “Makroekonomi” Edisi Keenam. Buku ini relatif berbeda dengan buku Mankiw yang saya beli kemarin.
Sore hari saya istirahat sambil membaca secara sambil lalu buku Mankiw yang baru dipinjam tadi. Beberapa saat kemudian, terdengar notifikasi Shoppe: pesanan saya berupa Magicom Miyako sudah tiba. Sudah saatnya masak nasi sendiri.
Malam hari, saya belajar materi yang baru saja diajarkan Mbak Rara di kelas. Setelah itu, baca catatan pendahuluan dalam buku Mankiw terkait ilmu Makroekonomi. Berikut tulisan Mankiw yang ia kutip dari John Maynard Keynes yang meurut saya menarik: “seorang ekonom harus menjadi “ahli matematika, sejarawan, negarawan, filsuf, dalam beberapa hal... agung dan mulia seperti seniman, namun kadang-kadang mampu membumi seperti politisi.”
Sebelum tidur, saya menggunggah berkas untuk mengklaim Dana Kedatangan di e-Beasiswa LPDP. Tabungan sudah menipis. Butuh tambahan ongkos untuk membiayai hidup di ibu kota yang serba uang ini.
Selasa, 6 Agustus 2024
Saya berangkat kuliah pada pukul 07.30 WIB, kemudian singgah sebentar di lapak kaki lima untuk sarapan pagi. Tiba di kampus, suasana masih lengang. Hanya ada satu kawan sekelas yang bekerja di BPS Kalimantan Timur sedang duduk di bangku taman kampus. Kami kemudian ngobrol panjang lebar tentang latar belakang hidup masing-masing. Salah satu obrolan kami terkait integrasi data di desa yang dari pihak BPS sudah meluncurkan program Desa Cantik atau Desa Cinta Statistik dan dari pihak BKKBN sendiri sudah meluncurkan website Rumah Data Kependudukan (RDK). Tak lama kemudian kawan yang bekerja di Bawaslu Kalimantan juga datang bergabung bersama kami. Hal personal menarik dari obrolan dan pertemuan ini adalah fakta bahwa kedua kawan saya ini sudah beristri dan setiap mereka mendapatkan beasiswa LPDP serta sedang intake kuliah di UI. That’s incredible amazing. Kuliah magister ditemani kekasih hati dan sama-sama membangun mimpi untuk studi di luar negeri itu sangat keren.
Kuliah hari ini tentang Kalkulus Diferensial yang dibawakan oleh Mas Yusuf. Untuk saya, materi ini tergolong sangat sulit. Ada banyak perhitungan matematis di dalamnya. Saya mesti mencari waktu khusus untuk mempelajarinya secara lebih intens.
Sore hari, saya membaca bagian “mengukur nilai aktivitas ekonomi: Produk Domestik Bruto” di buku Mankiw. Penjelasannya relatif sederhana karena dibahasakan dalam bahasa sederhana yang mudah dipahami. Di dalamnya saya mempelajari beberapa istilah teknis seperti pendapatan, pengeluaran, dan aliran sirkuler. Juga mempelajari kaidah menghitung GDP. Hal menarik di bagian ini adalah cara membedakan antara persediaan (stock) dan aliran (flow). Air yang ada di ember itu adalah persediaan, sedangkan air yang baru keluar dari kran itu adalah aliran. Contoh lain bisa dimanip**asi lagi, kump**an pengetahuan yang saya pelajari sebelumnya adalah persediaan, sedangkan ilmu Makroekonomi yang baru saya pelajari sekarang adalah aliran. Saya tidak tahu pasti apakah analogi itu tepat atau bukan. Sidang pembaca bisa putuskan sendiri.
Saya mengisi waktu malam hari dengan menerjemahkan dan meringkas materi “permintaan agregat” dari Mbak Rara. Fokusnya adalah topik tentang persilangan Keynesian (keynesian cross) yang menggambarkan hubungan antara pendapatan dan pengeluaran. Pengeluaran yang direncanakan merupakan fungsi dari pendapatan. Pengeluaran yang direncanakan (PE) bergantung pada pendapatan karena semakin tinggi pendapatan maka semakin tinggi konsumsi, yang merupakan bagian dari pengeluaran yang direncanakan.
Rabu, 7 Agustus 2024
Saya ke kampus agak sedikit telat hari ini. Saya tiba di kampus sekitar jam 08.45 WITA. Topik kuliah hari ini adalah elastisitas, produksi, dan biaya yang seperti biasa dibawakan oleh Mas Dono Iskandar.
Usai makan siang di kantin, saya dan Mas Panji naik Trans Jakarta ke Perpustakaan Nasional di Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat. Sebelum membaca, saya melakukan registrasi anggota baru dan mendapatkan Kartu Anggota Perpusnas untuk pertama kalinya. Masa berlaku kartu ini seperti KTP: seumur hidup. Setelah mengecek kode buku yang akan dibaca, kami naik lift untuk membaca di lantai 21. Suasana relatif ramai. Orang-orang tampak asyik membaca dalam suasana hening. Saya mengambil tempat duduk di bagian pojok dan mulai membaca. Sekitar 2 jam kemudian, kami turun ke lantai 1 untuk sekadar ngopi dan berdiskusi ringan. Setelah itu, kami kembali ke Salemba. Panji beli nasi bungkus untuk dibawa ke kos, sedangkan saya langsung makan di tempat.
Saya menggunakan waktu malam yang tersisa untuk menulis catatan ini dan membaca sedikit materi yang diajarkan di kelas tadi.
Kamis, 8 Agustus 2024
Mata kuliah hari ini relatif sulit: statistika ekonomi. Di dalamnya kami mempelajari statistik deskriptif dan eksplorasi data serta probabilitas dan distribusi probabilitas. Mas Yusuf sebetulnya sudah menjelaskan materi ini dengan bahasa yang sederhana. Namun, terasa cukup sulit untuk dimengerti. Mungkin karena saya sudah lama tidak bergaul dengan perhitungan Matematika. Terakhir kali saya belajar intens tentang Matematika itu pada tahun 2010, 14 tahun lalu, ketika masih duduk di bangku SMA. Usai kuliah, saya tidak langsung p**ang ke kos. Saya duduk membaca buku Makroekonomi di salah satu bangku jalan.
Jumat, 9 Agustus 2024
Ini adalah hari terakhir kelas pembekalan. Mikroekonomi dan analisis kuantitatif menjadi materi pamungkas yang menutup seluruh rangkaian kelas pembekalan. Tapi, wajah mengerut tampak di semua dahi kawan-kawan seperjuangan. Soal diferensial dan probabilitas dalam analisis kuantitatif sangat menguras otak. Matematika ekonomi tidak segampang yang dipikirkan. Akibatnya, rencana untuk foto bersama paska-kelas batal demi hukum.
Sabtu, 10 Agustus 2024
Saya mengikuti zoom tentang Sistem Pengenalan Akademik Kampus UI lewat Android. Ada 5 materi yang dibawakan hari ini. Usai zoom, saya ke Perpusnas di Jalan Medan Merdeka Selatan. Naik Trans Jakarta di Stasiun Salemba UI, saya melewati Stasiun Kramat Sentiong, Pal Putih, Kwitang, dan Stasiun Balai Kota. Perpusnas terletak tepat di depan Balai Kota. Sementara itu, Tugu Monas menjulang tinggi di belakangnya. Monumen setinggi 132 meter itu dibangun pada tahun 1959 dan diresmikan oleh Presiden Sukarno pada tanggal 17 Agustus 1971.
"(Bangunan) yang mencerminkan hal yang bergerak, yang dinamis dalam satu bentuk daripada materi yang mati,” tegas Presiden Sukarno waktu itu (Yuke Ardhiati, B**g Karno Sang Arsitek, 2005) (dikutip dari Tirto.id).
Minggu, 11 Agustus 2024
Saya menggunakan waktu hari ini untuk membersihkan kos. Juga melengkapi beberapa peralatan masak. Perlu ada jeda dari rutinitas intelektual. Hidup manusia itu kompleks. Tidak bisa direduksi hanya pada aspek intelektual semata.
Senin, 12 Agustus 2024
Saya dan Panji pergi baca buku di Perpustakaan Jakarta PDS HB Jassin di Cikini, Jakarta Pusat. Kami ke sana menggunakan jasa GoJek dengan lama perjalanan sekitar 10 menit. Perpustakaan yang dibangun pada tanggal 7 Juli 2022 di masa pemerintahan Gubernur DKI Jakarta Anies R. Baswedan bersebelahan dengan Taman Ismail Marzuki. Lokasinya sangat strategis: cocok pikiran-pikiran bernas disemaikan dan ditumbuhkan. Pertumbuhan masyarakat yang solid mesti lahir dari kebudayaan membaca yang tebal.
“Perpustakaan ini ikut menegaskan posisi Jakarta sebagai Kota Global, Kota yang setara dengan kota besar dunia, tak hanya karena fasilitasnya. Namun, juga karena kump**an karya literasinya, dan karena warganya adalah warga yang berwawasan global yang gemar menjelajah isi semesta melalui buku,” demikian tulisan pada prasasti peresmian perpustakaan yang ditandatangani Gubernur Anies.
Ada banyak koleksi buku yang tersedia. Namun, pada sesi pertama, saya memilih membaca Makroekonomi Mankiw. Saya mesti menginvestasikan waktu lebih banyak untuk mempelajari dasar-dasar ilmu ekonomi agar tidak keteteran saat kuliah nanti. Setelah beberapa jam membaca, kami jeda makan ketoprak yang dijual di jalanan. Pada sesi kedua, sebagai selingan, saya membaca “Krisis Kebebasan” karangan Albert Camus yang diberi pengantar oleh Gonawan Mohamad. Karena perpustakaan ditutup tepat jam 17.00 WITA, saya hanya membaca bab I buku tersebut, yaitu “Surat kepada Kawan di Jerman”. Surat yang ditulis pada tahun 1944 itu berisi umpatan Camus kepada sahabatnya terkait penjajahan Jerman atas Prancis yang berlangsung sejak tahun 1941.
Kami p**ang naik KRL rute Cikini – Manggarai – Matraman – Jatinegara – Kramat. Ini kali kedua saya naik KRL setelah kali pertama lalu naik KRL dari Bandara Soekarno-Hatta ke Cikarang, Bekasi. Ternyata cukup nyaman menggunakan moda transportasi publik ini, walaupun relatif ramai dan berdesakan.
Malam hari, saya diajak Panji untuk ngopi bareng dengan kawan-kawannya di Cafe di Kramat Sentiong. Kami jalan kaki ke sana. Salah seorang kawan Panji akan berangkat ke Australia besok. Tema obrolan kami berlima malam ini sangat seru: mulai dari politik identitas hingga politik kiri yang kelihatan mati suri di Indonesia. Juga dibahas tema tesis yang akan dikerjakan nanti. Saya mendapat banyak mas**an dari kawan-kawan baru saya ini. Suatu hari yang penuh!
Selasa, 13 Agustus 2024
Akibat mete semalam, saya menghabiskan pagi ini untuk istirahat sambil menonton Youtube pemaparan materi Ekonometrika dari seorang profesor di Universitas Terbuka. Penjelasannya cukup sederhana walaupun masih sangat umum. Ekonometrika akan menjadi salah satu dari empat mata kuliah yang akan saya pelajari pada semester gasal ini. Jumlah SKS mata kuliah itu termasuk relatif besar dibandingkan mata kuliah lain: 3 SKS. Sebelum makan siang, saya ambil waktu sedikit untuk membaca Makroekonomi karangan Mankiw tentang uang dan inflasi. Bersama dengan mikroeokonomi, teori dan kebijakan makroekonomi juga akan dipelajari dalam semester ini. Sore hari, saya jogging dan singgah di Pasar Paseban untuk membeli tomat, wortel, mentimun, dan beberapa perkakas dapur lainnya. Pelan-pelan saya mesti mulai masak sendiri agar bisa makan makanan yang lebih higienis. Pepatah Latin itu masih benar: di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat.
“Guru terbaik adalah kelaparan, kesendirian, dan pengalaman,” pesan singkat dari Negeri Sakura semakin menambah semangat saya.
Usai makan malam, saya baca lagi buku Mankiw. Kali ini temanya adalah pengangguran. Mengapa pengangguran terjadi dan bagaimana kebijakan publik yang tepat untuk mengatasinya, itulah beberapa pokok pikiran Penulis. Juga disinggung tentang pengaruh keberadaan kelas pekerja atas pengangguran. Tema ini cukup menarik karena pernah menjadi fokus perhatian saya selama masih menjadi jurnalis di Flores dulu.
Mulai malam ini, saya mengucapkan kaul: satu malam satu jurnal nasional dan/atau jurnal internasional. Sebelum tidur, saya mesti membaca satu jurnal tentang mata kuliah yang akan saya ambil pada semester ini, yaitu Ekonometrik Terapan, Mikroekonomi untuk Kebijakan, Teori dan Kebijakan Makroekonomi, Forum Pembangunan Indonesia (FPI), dan Penulisan dan Komunikasi Akademik. Dua mata kuliah terakhir bisa diabaikan sedikit. Saya memulai kaul ini dengan membaca artikel “Machine Learning: An Applied Econometric Approach” karangan Sendhil Mullainathan and Jann Spiess yang diterbitkan di Journal of Economic Perspectives—Volume 31, Number 2—Spring 2017—Pages 87–106. Sendhil Mullainathan adalah professor ekonomi Robert C. Waggoner dan Jann Spiess adalah kandidat doktor ekonomi. Keduanya mengabdi di Harvard University, Cambridge, Massachusetts.
Rabu, 14 Agustus 2024
Pagi ini, saya baca salah satu tulisan di perpustakaan UI online. Setelah itu, saya ke Perpusnas lagi untuk belajar. Untuk pertama kalinya, saya pinjam buku untuk baca di tempat di lantai 12. Judul buku “Ekonometrik Terapan” bagian 2 yang ditulis oleh Ir. Vincent Gapersz, M.Si. Sayangnya, buku “Ekonometrik Terapan” bagian 1 tidak tersedia. Padahal saya ingin belajar dasar-dasar ekonometrik dulu sebelum mempelajari bagian selanjutnya. Walaupun tidak sepenuhnya paham dengan materi yang tertulis dalam buku itu, saya tetap membenamkan diri untuk membaca sampai suara adzan magrib terdengar. Naik Trans Jakarta, saya baru tiba di kos sekitar pukul 18.30 WIB. B**g Yobi dan B**g Panji mengajak saya untuk ngopi di kafe pinggir Jalan Jatinegara. Dalam percakapan, dibuatlah rencana untuk bertemu dan berdiskusi dengan Tom Lembong tentang isu kelas menengah di Indonesia. Apakah rencana itu bisa terlaksana, kita lihat saja nanti. Saya baru kembali ke kos sekitar pukul 11.30 WIB.
Kamis, 15 Agustus 2024
Saya bangun agak kesiangan pagi ini. Setelah nonton Youtube terkait pengantar ekonometrik, saya baca buku Mankiw tentang Sistem Perekonomian Terbuka Kecil. Makroekonomi, mikroekonomi, dan ekonometrik mesti dibaca sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan karena ketiganya saling mengandaikan. Ekonometrik merupakan integrasi dari teori ekonomi, matematika ekonomi, dan statistik untuk mengestimasi dan memprediksi suatu variabel dependen terhadap variabel independen dalam suatu fenomena atau gejala ekonomi. Ekonometrik bisa dipahami jika saya menguasa garis besar makroekonomi dan mikroekonomi. Sejauh ini, pemahaman saya masih minim sehingga perlu belajar lebih keras lagi. Di dalam WAG kelas MPKP Kelas B, dibahas kemungkinan menambah SKS dalam semester ini. Saya secara pribadi tidak setuju dengan ide itu karena latar belakang pendidikan non-ekonomi membuat saya belum memahami dasar-dasar ilmu ekonomi secara baik. Pada malam hari, saya lanjut baca buku Mankiw tentang tema yang sama. Sebelum tidur, saya baca jurnal berjudul “Editorial for Econometrics” yang ditulis oleh Chia-Lin, Chang Jurnal of Risk and Financial Management Basel Vol. 13, Iss. 9, (2020): 187. DOI:10.3390/jrfm13090187
Jumat, 16 Agustus 2024
Tidak banyak aktivitas yang saya buat hari ini. Pagi hari, saya hanya baca jurnal berjudul “Analisis Pengaruh Bantuan Sosial Bersyarat Program Keluarga Harapan terhadap Partisipasi Pendidikan Anak Usia Sekolah di Indonesia” yang ditulis oleh Devi Irma Vianti and Fauziah Fauziah.
“Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dampak Bantuan Sosial Program Keluarga Harapan (PKH) terhadap partisipasi pendidikan anak usia sekolah di Indonesia. Pop**asi penelitian ini adalah rumah tangga yang memiliki anak usia sekolah 7 hingga 18 Tahun. Pengump**an data didapatkan melalui SUSENAS tahun 2018 dan data BPS Potensi Desa (PODES) tahun 2018 untuk variabel sarana pendidikan. Dilakukan pengelompokkan data yang mengacu pada penggunaan Angka Partisipasi Murni (APM). Kelompok data tersebut diantaranya kelompok SD, kelompok SD-SMP, dan kelompok SD-SMA. Teknis analisis menggunakan regresi logistik biner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa PKH memiliki pengaruh terhadap partisipasi pendidikan anak usia sekolah di Indonesia,” demikian abstraksi riset ini.
Setelah itu baca buku Mankiw tentang Konsumsi. Sore hari, saya ke Pasar Paseban untuk beli telur dan wortel.
Sabtu, 17 Agustus 2024
Pagi hari, saya baca buku Mankiw tentang Investasi. Investasi merupakan satu dari beberapa komponen yang membentuk GDP. Semakin besar investasi semakin besar GDP. Pada umumnya, investasi terdiri atas tiga macam, yaitu investasi bisnis tetap, investasi residensial, dan investasi persediaan. Investasi berhubungan secara negatif dengan tingkat bunga. Semakin besar tingkat bunga, semakin kecil investasi. Demikian pun sebaliknya. Misalnya, seorang investor tidak akan mau meminjam uang di bank untuk membangun pabrik apabila bunga bank tinggi karena akan mengurangi potensi keuntungannya.
Sore hari, saya jogging dengan melintasi Jalan Salemba Raya – Jalan Matraman Raya – Jalan Proklamasi. Di Kelurahan Pegangsaan, Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat, saya singgah dan duduk merenung di Taman Proklamasi. Satpam penjaga taman sangat ramah dan mempersilakan saya masuk walaupun jam kunjungan sudah usai. Di dalam taman, terdapat tugu proklamasi yang menampilkan patung sosok B**g Karno dan B**g Hata. B**g Karno berpeci dan tampak sedang membacakan naskah Proklamasi. B**g Hatta di sampingnya mengenakan kacamata dan kelihatan sangat tenang. Sore itu, hanya sekitar 6-7 orang datang mengunjungi taman tersebut. Mungkin sebagian besar perhatian bangsa ini sedang terarah ke perayaan puncak HUT RI Ke – 79 di Ibu Kota Nusantara di Kalimantan Timur.
“Proklamasi! Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan Kemerdekaan Indonesia. Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan dengan tjara saksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja. Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05. Atas nama bangsa Indonesia. Soekarno/Hatta,” kata-kata proklamasi yang dibacakan Sukarno di depan rumahnya itu menggema di benak saya dalam perjalanan p**ang ke kos.
Malam hari, saya baca Jurnal Kebijakan Ekonomi berjudul “Dampak Jangka Pendek Program Bahan Bakar Minyak Satu Harga terhadap Biaya Transportasi di Daerah Tertinggal Indonesia” yang ditulis Thamrin Prima Simatupang.
“Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak jangka pendek program BBM Satu Harga yang diterapkan mulai tahun 2017 terhadap biaya transportasi di daerah tertinggal Indonesia. Observasi dilakukan terdapat 585 desa lokasi program sejak tahun 2006, 2014 dan 2018 dengan total unit observasi sebanyak 1.755 desa. Dengan metode analisis Difference-in-Difference, penelitian ini menunjukkan program berdampak signifikan pada penurunan biaya transportasi pada desa program yang berjarak 15 km dari Stasiun Pengisian BBM Umum (SPBU). Di sisi lain, desa program yang berjarak lebih dari 15 km dari SPBU penyalur, tidak mengalami dampak signifikan penurunan biaya transportasi,” demikian abstraksi penelitian ini.
Minggu, 18 Agustus 2024
Seharian penuh saya istirahat total. Ada gejala sakit. Rencana untuk ikut misa kudus di Gereja Hati Kudus Yesus batal. Sakit adalah situasi batas yang menyadarkan manusia bahwa dirinya terbatas dan membutuhkan uluran tangan orang lain.
Senin, 19 Agustus 2024
Saya mengurus mutasi Faskes di BPJS Kesehatan. Awalnya, saya menemui petugas di BPJS Kesehatan di Jalan Salemba Tengah. Namun, Satpam di sana memberi tahu saya bahwa urusan mutasi dilakukan di BPJS Kesehatan Jakarta Pusat di Jalan Matraman Dalam. Pergilah saya ke sana menggunakan jasa GoJek. Sekitar lima menit kemudian, saya tiba di lokasi.
Satpam di sana menjelaskan bahwa mutasi Faskes sebetulnya bisa dilakukan secara mandiri di Aplikasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Wah, rugi dobel saya. Saya pun langsung mengisi kelengkapan data mutasi di aplikasi. Mutasi Faskes dari Puskesmas Waepana – Kecamatan So’a – Kabupaten Ngada – Provinsi NTT ke Puskesmas Senen – Kecamatan Senen – Kota Jakarta Pusat – DKI Jakarta berhasil dilakukan. Setelah itu, saya menggunakan waktu sekitar 15 menit untuk membaca buku Mankiw tentang Jumlah Uang Beredar. Tidak lama kemudian, menggunakan jasa GoJek, saya langung menuju ke Puskesmas Senen untuk memeriksakan kesehatan.
Saya dilayani dengan sangat baik di Puskesmas Senen. Saya diberi obat Paracetamol, Cetirizine Hydrochloride, dan Vitamin C. Sore hari, saya lanjut membaca buku Mankiw tentang Permintaan Agregat dan Penerapan Model IS-LM. Selanjutnya, saya berlatih mengerjakan soal perhitungan operasi Matriks seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, invers, determinan, transpos, kofaktor, dan adjust. Tema-tema ini sesungguhnya adalah materi Matematika kelas menengah. Namun, perlu dipelajari ulang karena akan digunakan dalam kuliah Ekonometrik nanti. Saya perlu me-refresh ingatan saya karena terakhir kali saya belajar Matematika itu sekitar 14 tahun lalu.
Selasa, 20 Agustus 2024
Kondisi kesehatan saya belum membaik. Saya banyak beristirahat hari ini. Aktivitas akademik yang saya buat hanya membaca buku Mankiw tentang Penawaran Agregat dan Trade-off Jangka Pendek antara Pengangguran dan Inflasi. Dalam buku tersebut dijelaskan bahwa dalam perekonomian jangka pendek, penurunan inflasi akan mengakibatkan kenaikan tingkat pengangguran atau sebaliknya. Namun, dalam jangka panjang, inflasi dan pengangguran akan kembali pada tingkat alamiahnya.
Malam hari, saya baca Jurnal Kebijakan Ekonomi berjudul “Peran Pemerintah Indonesia dalam Menyikapi Pola Perilaku Herd Investor di Pasar Obligasi pada 5 Negara ASEAN” yang ditulis oleh Rahmanul Yusuf Mugiharto.
“Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola perilaku investor dengan menggunakan metode Cross Sectional Absolute Deviation (CSAD) dengan data harian yield 10Year SUN periode Januari 2007 sampai dengan Oktober 2020 dan 10Year Sukuk periode Januari 2013 – Oktober 2020. Penelitian menunjukan bahwa herd investor untuk instrumen SUN dipengaruhi oleh yield pada EMA dikaitkan krisis ekonomi dan yield pada UST dikaitkan ratings SUN. Faktor lainnya penggunaan variabel penghargaan dan kritikan berdampak pada yield SUN dan Sukuk. Kedua instrumen merupakan instrumen komplementer di pasar SBN, sehingga sangat penting peran pemerintah Indonesia untuk menyikapi pola perilaku herd investor di pasar obligasi pemerintah,” demikian bunyi abstraksi penelitian ini.
Rabu, 21 Agustus 2024
Saya hampir menyelesaikan buku Mankiw tentang "Makroekonomi". Bagian yang saya baca hari ini adalah Pengantar Fluktuasi Ekonomi yang diakibatkan oleh pergeseran permintaan dan penawaran dalam pasar barang dan pasar uang. Selanjutnya, saya mulai mencicil bacaan buku Mankiw kedua berjudul "Mikroekonomi". Untuk mendapatkan gambaran umum tentang isi buku saya mulai dengan membaca pengantar dan daftar isi serta menutupnya dengan bab penutup buku tentang apa yang bisa diketahui tentang Mikroekonomi.
Pada saat yang sama, saya menyadari bahwa suhu politik di tanah air kian memanas. Pasalnya, para anggota DPR mau merevisi UU Pilkada untuk menganulir Keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) tentang Ambang Batas Pencalonan Kepala Daerah. Sebagai mahasiswa, kami merespons isu politik mutakhir dengan diskusi ringan di salah satu kafe di Cikini. Sponsor utamanya adalah Zahra, kawan sekelas yang kebetulan berulang tahun pada hari ini. Seperti biasa, saya ke sana bersama Panji, seorang kawan kelas yang sekarang sudah menjelma menjadi kawan sepemikiran karena sama-sama tertarik pada isu-isu progresif. Kami ke Cikini naik Jak Lingko. Gratis. Zahra telah lebih dulu tiba di sana. Kemudian dua ade dari Pelajar Islam Indonesia (PPI) dan Zun, ketua kelas kami, datang bergabung bersama kami. Ragam tema diskusi tumpah ruah di meja kafe yang penuh dengan suguhan Kopi Cappucino: maafkan kami yang berdiskusi tentang nasib orang miskin di meja orang kaya. Kami sepakat pada satu hal yang sama: mendukung Keputusan MK, mengkritik hipokrisi para legislator, sembari pada saat yang sama memproposalkan ide tresshold atau ambang batas 0%.
Zahra mengantar saya dan Panji p**ang dengan Inova yang dikendarainya sendiri. Saat makan malam di angkringan, saya berdiskusi dengan Panji tentang kemungkinan mengangkat isu Ketimpangan Agraria dan Migrasi Internasional Buruh Tani di NTT sebagai tema tesis. Panji sangat mendukung ide saya tersebut.