Keseluruhan masyarakat Kudumulya merupakan etnis Jawa, walaupun Cirebon sendiri berada di wilayah Jawa Barat akan tetapi masyarakat sendiri mengidentifikasikan dirinya bukan sebagai etnis Sunda. Hal ini diperkuat dengan bahasa mayoritas mereka gunakan yaitu bahasa Jawa, akan tetapi terdapat sebagian masyarakat yang mengerti dan menggunakan bahasa Sunda. Karakteristik masyarakat desa ini cenderung
mengenal satu dengan yang lain. Selain itu tidak jarang kita melihat, kegiatan anak-anak sampai orangtua yang berbincang-bincang secara berkelompok baik sore maupun malam di pinggir jalan dengan jarak berdekatan dengan kelompok lainnya. Hal tersebut menunjukan kuatnya ikatan kekeluargaan pada diri mereka sehingga terdapat waktu luang untuk berbagi pengalaman maupun cerita bersama tetangga maupun kerabat mereka. Ekonomi memang sesuatu yang biasa diukur dalam suatu keberhasilan suatu daerah, dan hal itu juga yang akan menjadi salah satu indeks keberhasilan desa Kudumulya dalam pemenuhan kebutuhan ekonominya. Ada dua sisi yang dibahas disini, pertama bagaimana mereka bekerja untuk bisa memenuhi kebutuhan hidup mereka dan melihat standar hidup mereka. Desa kudumulya merupakan desa dengan padat pemukiman, dan sisanya diperuntukan untuk lahan pertanian. Banyak dari warga desanya bekerja pada bidang pertanian. Namun mirisnya mereka harus bekerja pada tanah mereka sendiri dengan upah yang terhitung kecil. Ada 2 tipe petani di sini Farmer dan peasant. Farmer adalah petani yang memiliki lahan untuk bercocok tanam dan biasanya mereka mempekerjakan banyak pekerja untuk bekerja di lahannya. Peasant adalah petani yang tidak memiliki lahan mereka hanya mengandalkan tenaga dan peralatan pribadi untuk bekerja di lahan milik farmer dengan kata lain mereka adalah buruh tani. Di Desa Kudumulya mayoritas berperan sebagai peasant, dan sisanya farmer menyewakan lahan miliknya kepada pihak asing yang lebih banyak memiliki modal. Lahan di desa Kudumulya didominasi oleh penanaman padi, tebu dan beberapa bawang merah dan jagung manis. Standar hidup di Desa Kudumulya tergolong menengah kebawah. Banyak dari mereka yang hidup di bawah garis kemiskinan. Hal itu didasarkan dari beberapa faktor seperti pemenuhan kebutuhan sandang, pangan dan papan yang masih menjadi masalah utama pada sebagian besar penduduk Desa Kudumulya. Angkatan kerja produktif yang ada di desa ini mayoritas menjadi buruh tani sedangkan perempuan angkatan produktif di desa ini sebagian besar menjadi pekerja di luar negeri (TKI) di Malaysia, Hongkong, Arab maupun Singapura dll. Jika kita menilik tingkat pendidikan formal di Desa Kudumulya, tingkat pendidikan desa ini masih tergolong sangat rendah, baik kesadarannya maupun kemauan warga Desa Kudumulya itu sendiri. Hal ini disebabkan sedikitnya minat atau tingkat partisipasi program pemerintah yang terhambat dalam menggalakkan program Wajib Belajar 9 tahun. Dapat kita lihat dari data-data yang telah dilampirkan sebelumnya, yakni hanya sekitar kurang dari 40% warga Desa Kudumulya saja yang pernah mengecap bangku pendidikan. Kemudian rendahnya kemauan para masyarakatnya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan fasilitas pendidikan di Desa Kudumulya yang masih tergolong sangat memperihatinkan, terhitung hanya terdapat satu SD dan satu tempat pendidikan agama yang terdapat disana yaitu madrasah. Selain itu rendahnya tingkat ekonomi masyarakatnya serta pola pikir yang menganggap bahwa tanpa sekolah pun mereka bisa menghasilkan uang, karena mayoritas pekerjaan mereka adalah bertani. Kesadaran tentang hidup sehat bisa dikatakan sudah cukup baik, dapat dilihat dari sarana dan prasarana yang sudah mencukupi di desa. Keberadaan puskesdes dan 4 posyandu menjadi sarana untuk warga desa dalam menjalankan kegiatan yang diperuntukan untuk kepedulian terhadap kesehatan warganya. Namun hal itu tidak bisa menjadi acuan dasar tentang kesehatan di Desa Kudumulya. Satu hal yang dapat menjadi sorotan utama di Desa Kudumulya adalah sanitasi. Tidak terdapatnya tong sampah yang dapat menampung sampah rumah tangga dan juga tidak terdapatnya TPS menyebabkan warga tidak memiliki sarana untuk menjaga lingkungannya sendiri. Bisa kita tebak selanjutnya sampah bertebaran dimana-mana, menumpuk dan menggenangi saluran air. Dalam kurun satu tahun kemarin hanya terdapat sedikit kasus penyakit, namun hal tersebut tidak menimbulkan masalah yang berarti bagi Desa Kudumulya. dijukut sing : http://blogs.unpad.ac.id/ ….kesuwun Kang….